Bagaimana membuktikan tuhan itu ada? Setelah kita tahu ada argumen yang tidak bisa membantah bahwa Tuhan itu ada dalam hidup kita pada pembahasan sebelumnya. Maka pada artikel kali ini, kita akan membahas bagaimana cara membuktikan Tuhan itu benar dalam hidup kita. Modal apa saja yang kita perlukan untuk mengenal Allah dalam hidup kita, berikut penjelasannya :
Modal pertama
Jujur saja, kita pasti pernah berada di fase mempertanyakan apakah tuhan itu ada. Pertanyaan ini muncul tidak datang begitu saja, pasti ada alasan mengapa kita mempertanyakan keberadaan Tuhan. Ketahuilah bahwa manusia memiliki akal dan rasa dalam menjalani proses kehidupanya, itulah mengapa pertanyaan ini muncul.
Ada dua tipe manusia, pertama adalah manusia yang hidupnya sangat jatuh atau susah dalam kehidupan yang mendalam sehingga ada rasa yang membuat dirinya mempertanyakan apakah tuhan itu ada dalam hidupnya. Kedua adalah manusia yang cerdas, telah menguasai banyak ilmu, memiliki segudang wawasan namun tak pernah puas dengan ilmu yang dimiliki. Akalnya ingin mengetahui segalanya termasuk melihat keberadaan Tuhan.
Bukankah bertanya tentang demikian pada hati atau alam semesta adalah sebuah kekafiran? Seolah kita ingin membuktikan keberadaan Tuhan itu ada. Sebagai manusia awam ingin betul Tuhan hadir dalam hidup kita, bisa membantu segala aktivitas, mengalahkan musuh-musuh, mensukseskan cita-cita. Sebab kita yakin bisa Tuhan itu ada pastilah mampu segala-galanya, apalagi ia maha memberi apa yang hambanya minta dan doa.
Modal kedua
Sebelum kita lebih jauh untuk membuktikan keberadaan Tuhan itu ada atau tidak, kita harus faham bahwa akal kita penuh dengan keterbatasan. Meskipun demikian, dalam membuktikan keberadaan Tuhan kita membutuhkan akal yang sehat. Selain dengan akal, untuk mencari kebenaran Tuhan melibatkan rasa dan batin yang bersih.
Ingat pandangan dan ilmu manusia itu terbatas dan yang sedang kita cari bukti keberadaannya ini, adalah sesuatu yang tiada terbatas atau sesuatu yang melampaui batas yaitu Tuhan. Oleh karena itu, jangan kita menuntut Tuhan itu betul-betul terpampang jelas di hadapan kita bahkan Tuhan itu harus sejenis dan sesuai dengan keinginan kita, Naudzubillahi min dzalik. Sebagaimana yang dilakukan Bani Israil pada Nabi Musa.
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ٥٥
“(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu menyaksikan. (Al-Baqarah: 55)
Ayat tersebut menjelaskan tentang kedurhakaan kaum Bani Israil kepada Allah, atas permintaannya yang melampaui batas kewajaran (mereka tidak akan beriman sampai Allah nampak dihadapan mereka). Bukankah mereka sudah menerima nikmat yang sangat banyak dari Allah, tetapi tetap masih durhaka. Hingga Allah mengirimi petir yang membuat mereka seketika pingsan tidak berdaya.
Dari kisah ini memberikan pesan bahwa keingintahuan kita akan keberadaan Tuhan, tetaplah sadar bahwa akan dan fisik kita ini terbatas untuk dapat mengetahuinya. Sampai pada tahap melihat wujudnya. Bagaimana kita sebagai manusia terbatas dan lemah mampu menjangkau-Nya yang tiada batas apapun, tapi dengan alat yang sangat terbatas dari fisik kita.
Modal ketiga
Untuk dapat menjaungkau keberadaan Tuhan, jalan paling benar adalah dengan menyadari dan mengamati kebesaran akan ciptaa-Nya yang indah. Daripada kebanyakan memikirkan bagaimana cara untuk melihat wujud dan bentuk-Nya (ungkapan jumhur ulama sufi).
Dalam ungkapan lainnya dikatakan “laula murobbi ma aroftu robbi” tidak mungkin dapat aku kenal Tuhanku, jika tidak ada bimbingan dari guruku artinya guru, ulama, kyai, atau ustadz adalah satu wasilah besar yang menjadi jalan alternatif bagi diri kita untuk mengenal dan membuktikan keberadaan Tuhan kita. Sebagaimana Nabi Muhammad mengenal Allah ta’ala dengan bimbingan malaikat Jibril seumur hidupnya.
Referensi : Buku Di Pulau Kebenaran itu, Aku Menetap – Karya: Rizky Hardiansyah