Argumen yang tidak bisa dibantah, Tuhan itu ada – Seorang muslim diwajibkan untuk beribadah kepada Allah ta’ala dengan hati yang yakin. Sebagai seorang muslim tidak semestinya kita meragukan Tuhan itu ada. Allah azza wa’zala adalah zat yang Maha Esa dan tidak ada satupun makhluk di alam semesta ini yang dapat menandingi kekuasaannya.
Pertanyaannya apakah selama ini kita yakin dengan keberadaanNya? atau hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja sebagai seorang muslim yang beragama islam? Apakah antara akal dan hati kita tidak selaras dengan adanya Tuhan, jika belum ada pembuktian dan melihat langsung keberadaanNya?
Manusia itu lemah tempatnya salah dan pengetahuannya terbatas dengan suatu kebenaran. Bilapun dengan akal masih pula mengelak bahwa Tuhan itu ada, akan tetapi banyak sekali bukti bukti yang tidak bisa dibantah jika Tuhan itu ada. Dan bukti yang tidak bisa dibantah itu muncul pada rasa, karena pada dasarnya modal hidup manusia untuk menemukan kebahagiaan itu ada dua unsur yakni akal dan rasa.
Inilah keistimewaan Allah taala, ia menciptakan manusia dengan sendirinya takluk pada kekuasaanNya. Sebagaimana AlQuran petunjuk umat islam yang menggambarkan bagaimana seseorang membuktikan keberadaan Tuhan dengan rasanya. Dan inilah bukti yang manusia pun tidak bisa mengelak bahwa Tuhan itu ada.
Nabi Ibrahim merasakan keberadaan Tuhan
Keberadaan Tuhan nampak dalam kehidupan Nabi Ibrahim. Dalam sebuah riwayat shahih dikisahkan bahwa pada masa peradaban Babilonia sedang merayakan pesta yang bertempatan di Haran Sanliurfa Turki (tempat lahirnya nabi Ibrahim). Ayahnya adalah seorang pembuat patung berhala, saat itu Ibrahim kecil tidak ingin ikut menyaksikan perayaan pesta tersebut. Kemudian ia berbohong kepada ayahnya dengan menjatuhkan diri di tengah perjalanan dan mengaku bahwa dirinya sakit (QS. Ash-Shaffat: 88-89).
Ayahnya yang sayang dengan Nabi Ibrahim mengizinkannya untuk tidak ikut ke pesta tersebut. Ketika penduduk Haran sudah sepi karena pergi ke perayaan tersebut, Nabi Ibrahim pergi ke suatu ruangan dimana tempat itu menyimpan patung berhala yang disembah oleh kaum Babilonia.
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiya: 57-58)
Setelah Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung tersebut, tidak lama kemudian orang-orang tersebut datang dan menyaksikan semua patung hancur berantakan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa ada seorang pemuda bernama Ibrahim yang menghancurkannya (QS. Al-Anbiya: 60). Singkat cerita, berita ini diketahui oleh Raja Namrud, kemudian Nabi Ibrahim dibawa ke sebuah ruang pembakaran dan emerintahkan prajuritnya membakar Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim memperlihatkan kekuasaan Tuhan yang sekaligus menjadi persaksian kepada setiap pengikut beliau. Dimana peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan senantiasa menolong orang-orang yang meyakini keberadaan-Nya. Kuasa Allah ditunjukkan dengan bentuk nyala api yang begitu besar namun tidak bisa membakar tubuh Nabi Ibrahim.
Bahkan sehelai rambut dan jari kuku pun tidak terbakar oleh api tersebut. Inilah kuasa Tuhan, logikanya jika jari kita tidak sengaja terbakar api maka kita merasakan sakit dan ada bekas luka dijari kita. Namun tidak dengan Nabi Ibrahim yang terlindungi oleh zat yang Maha Kuasa bahkan tak ada rasa sakit saat pembakaran tersebut. Kejadian ini diabadikan oleh Allah ke dalam Al-Qur’an :
قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَۙ ٦٩
Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!”
Ini adalah salah satu contoh kekuasaan Allah ta’ala ada bukti bahwa Tuhan itu ada. Tidaklah langit dan bumi ada tanpa ada yang menciptakan. Dan hanya Kuasa Allah ta’ala segala sesuatu bisa terjadi.
نَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Sesungguhnya Tuhan kami ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas ‘Arsy…” (al-A’raf (7): 54).
Referensi : Buku Di Pulau Kebenaran itu, Aku Menetap – Karya: Rizky Hardiansyah