Pertemuan Nabi Musa Dengan Jodohnya

Pertemuan Nabi Musa dengan jodohnya – Jodoh merupakan misteri bagi setiap manusia. Jodoh juga bagian dari takdir yang sudah Allah ta’ala tetapkan jauh sebelum kita lahir ke muka bumi ini. Perkara jodoh adalah kuasa Allah ta’ala namun sebagai manusia kita dianjurkan untuk tetap berikhtiar dan berdoa meminta yang terbaik atas ketetapan-Nya.

Seperti kisah pertemuan Nabi Musa dengan jodohnya yaitu Madya putri dari Nabi Syuaib di Madyan. Kisah ini mengajarkan bahwa memohon kebaikan kepada Allah ta’ala dapat menjadi jalan untuk bertemu pasangan yang sholihah/shalih.

Inilah jalan takdir yang sudah Allah ta’ala rancang dengan sebaik-baiknya, Kisah pertemuan ini dimulai setelah Nabi Musa meninggalkan Mesir. Nabi Musa tiba di Madyan dalam keadaan lelah, lapar, dan tidak memiliki apa-apa.

Pertemuan Nabi Musa dengan jodohnya di Sumur Madyan

Saat itu beliau sedang berada di fase yang berat dalam hidupnya. Ia tidak memiliki apa-apa, jauh dari  kampung halaman tanpa ada yang mendampingi keluarga maupun teman. Di sinilah Allah menyiapkan skenario pertemuan penting dalam hidupnya. Pertemuan Nabi Musa dengan jodohnya diceritakan dalam firman Allah ta’ala berikut:

وَلَمَّا وَرَدَ مَاۤءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ اُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُوْنَ ەۖ وَوَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمُ امْرَاَتَيْنِ تَذُوْدٰنِۚ قَالَ مَا خَطْبُكُمَاۗ قَالَتَا لَا نَسْقِيْ حَتّٰى يُصْدِرَ الرِّعَاۤءُ وَاَبُوْنَا شَيْخٌ كَبِيْرٌ ۝٢٣

Ketika sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya) dan dia menjumpai di belakang mereka ada dua orang perempuan sedang menghalau (ternaknya dari sumber air). Dia (Musa) berkata, “Apa maksudmu (berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami) sebelum para penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.” (QS.Al-Qasas: 23)

Kepedulian Nabi Musa membantu dengan ikhlas

Nabi Musa melihat ada dua wanita yang menahan diri dari kejauhan yang enggan bercampur dengan lelaki yang berebut menimba air di sumur. Kemudian Nabi Musa segera menawarkan bantuan kepada dua wanita tersebut untuk menimba air di sumur dan memberi minum ternak mereka. Beliau menolong tanpa pamrih semata-mata hanya ingin membantu. Setelah Nabi Musa menolong mereka, beliau berdoa kepada Allah ta’ala :

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”

Sungguh terpuji akhlak Nabi Musa, setelah membantu dengan tulus beliau berdoa meminta kebaikan kepada Allah ta’ala yang tidak spesifik menyebutkan jodoh. Tapi permohonan akan sebuah kebaikan yang mengundang pertolongan Allah ta’ala, termasuk dipertemukan dengan keluarga dan jodoh yang baik.

Balasan Allah ta’ala atas ketulusan Nabi Musa

Tak lama kemudian, salah seorang dari putri itu kembali menghampiri Nabi Musa. Ia diutus oleh ayahnya yakni Nabi Syuaib untuk mengundang Nabi Musa singgah dan makan bersama di rumahnya. Disinilah Allah ta’ala menurunkan rahmat dari doa dan kebaikan yang Nabi Musa, beliau bertemu dengan orang baik yang kelak membuka jalan bagi jodohnya.

Nabi Musa bertemu dengan Nabi Syuaib

Setelah mendengar kabar tentang sifat baik dan akhlak terpuji Nabi Musa, Syuaib menawarkan salah satunya putrinya untuk dinikahkan dengan Musa. Dengan syarat, Nabi Musa mau bekerja kepadanya selama delapan atau sepuluh tahun.

قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ۝٢٧

“Dia (ayah kedua perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu adalah (suatu kebaikan) darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” (QS.Al-Qasas: 27)

Singkat cerita Nabi Musa menikah dengan pasangan shalihahnya yang menjadi bagian dari kebaikan yang Allah ta’ala janjikan. Adapun hikmah yang bisa kita dapatkan dari kisah pertemuan Nabi Musa dengan jodohnya adalah kita diingatkan untuk bisa berbuat kebaikan tanpa mengharapkan imbalan dan pujian manusia.

Dengan senantiasa berdoa meminta kebaikan kepada Allah ta’ala atas segala takdirnya. Hingga dari kisah ini, Allah ta’ala merespon keikhlasan hati Nabi Musa bukan sekedar ucapan lisan saja. Dengan tulus membantu dan berdoa pintu jodoh yang baik terbuka.

“Berdoalah untuk sebuah kebaikan, maka Allah ta’ala akan mengatur yang terbaik. Jodoh adalah bagian dari kebaikan itu, dan Allah ta’ala selalu tahu kapan saat terbaik untuk mempertemukan dua hati. Teruslah bertahan dan berdoa karena Allah ta’ala akan memberikan kejutan istimewa di akhir kisah perjalananmu” Semoga bermanfaat.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *