Perjalanan Menuju Badui Dalam

Perjalanan Menuju Badui Dalam – Badui merupakan sebutan dari sebuah suku atau sekelompok masyarakat sunda di wilayah pedalaman Kabupaten LebakProvinsi Banten. Sedangkan sebutan bagi orang-orang Badui dikenal dengan nama Urang Kanekes. Dikutip dari wikipedia, populasi mereka sekitar 26.000 orang dan mereka salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri mereka dari dunia luar.

Suku Badui Dalam dianggap sebagai masyarakat sunda yang belum terpengaruh dengan modernisasi budaya luar. Khususnya Badui Dalam tidak ingin didokumentasikan oleh orang luar, hal ini untuk menjaga kelestarian adat istiadat mereka. Sabtu tanggal 25 Januari 2025, kami dari grup Wisuba melakukan saba (silaturahmi) ke Badui Dalam.

Kami memulai perjalanan dari Stasiun Rangkas Bitung pukul 10.00 WIB dengan jarak tempuh sekitar 2 jam menggunakan mobil Elf. Sepanjang perjalanan menuju Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak Banten, kami disuguhkan dengan pemandangan bukit dan persawahan, namun jalannya cukup berbelok dan rusak. Tibalah kami basecamp awal pendakian pukul 12.00 WIB, sesampainya disana kami istirahat untuk makan dan sholat Dzuhur. Jalur yang kami pilih untuk pendakian awal menuju Badui Dalam adalah jalur via Ciboleger.

Sebelum memulai kami berdoa terlebih dahulu dan menyimak arahan dari Cici dan ka Jasmine. Kami memulai pendakian pukul 13.00 WIB dengan track awal melalui pasar Badui dan kampung Badui Luar. Jalur menuju Badui Dalam via Ciboleger ini cukup menantang, terlebih lagi kami berangkat pada musim hujan. Kami melewati jalur bukit, terasering (ladang huma sawah), sungai, dan bebatuan bertingkat yang cukup licin.

Kami tiba di perbatasan sungai antara Badui Luar dan Badui Dalam. Kami mematikan ponsel, kamera, dan alat media lainnya sebelum masuk kawasan Badui Dalam. Sebelum sampai di kampung Badui Dalam, kami melewati hutan terlebih dahulu yang mayoritas pohon durian, pohon aren, dan pohon lainnya. Kami tiba di hutan sudah gelap dan hanya menggunakan penerangan senter saja. Dan yang membuat kami terkesima adalah anak-anak Badui Dalam yang ikut mengiringi perjalanan kami masih standby dan kuat meskipun tanpa beralaskan sendal.

Setelah keluar dari hutan, kami pun melanjutkan perjalanan dengan tracking menaiki bukit sekitar pukul 18.00 WIB. Sesampainya dipuncak bukit kami melihat pemandangan yang sungguh luar biasa. Ada panorama alam yang tidak bisa kami rekam dengan kamera namun terekam dalam memori. Ada hamparan bukit dan lautan awan yang menakjubkan disekeliling kami. Ditambah sinar matahari senja berwarna pink dan orange yang terbenam dari arah barat menambah kesyahduan indahnya Badui.

Kami sampai di Badui Dalam sekitar pukul 19.30 WIB. Malam harinya kami memulai acara Makrab (malam keakraban) bersama Ayah reba dan Ayah Samin. Panggilan di Badui menggunakan istilah Ayah dan Ambu. Dimulai dari perkenalan sampai cerita dari Ayah Reba tentang budaya dan adat istiadat mereka. Badui Dalam sangat kental dengan adat tadisionalnya, terlebih lagi mereka memilih terasingkan dari modernisasi saat ini guna mempertahankan budaya mereka. Karena itu Badui Dalam memilih untuk tidak menggunkan listrik dan alat elektronik lainnya yang dapat mempengaruhi kelestarian adat budaya mereka. Cerita tentang Badui Dalam akan dilanjutkan pada artikel berikut ini. Stay tune ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *