Kasih Sayang Umar kepada Hafsah

Kasih sayang Umar kepada Hafsah – Hafsah adalah anak dari Umar bin Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah umat islam. Kisah ini bukan hanya tentang menjadi istri nabi, namun mengajarkan bagaimana keteguhan seorang wanita, kekokohan iman, serta kasih sayang dan tanggung jawab seorang ayah kepada anak gadisnya.

Awal kisah Hafsah binti Umar

Hafsah dilahirkan dalam keluarga yang tidak biasa. Ayahnya Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin besar islam yang dikenal dengan keberanian serta keadilannya.  Hafsah juga tumbuh di dibawah asuhan seorang lelaki yang tidak hanya kuat secara fisik tetapi juga dalam keimanan.

Sejak kecil hafsah dikenal dengan kecerdasannya dan tegas. Ia juga seorang pembelajar sejati yang selalu ingin tahu, ingin belajar, dan tidak takut mengutarakan pendapatnya. Diantara para istri Nabi Hafsah dikenal dengan sosok yang paling teguh dalam memegang prinsip.

Awal pernikahannya

Hafsah menikah dengan seorang sahabat Nabi yang termasuk dalam golongan Muhajirin yakni Khunais bin Hudhafah. Khunais adalah seorang pria yang sholeh, pemberani dan memiliki dedikasi tinggi dalam memperjuangkan islam. Namun pernikahan mereka tidak berlangsung lama saat perang Badar dimulai. Inilah awal ujian berat seorang istri yakni harus merelakan suaminya ke medan perang.

Saat terjadi perang Badar, Khunais berangkat untuk berjuang di medan perang demi membela islam. Namun dalam perang tersebut ia terluka sangat parah. Beberapa waktu setelah perang, Khunais meninggal dunia sebagai seorang syahid.

Hafsah menjadi janda di usia yang masih sangat muda. Duka mendalam dirasakan oleh Hafsah ketika suaminya meninggal. Namun Hafsah masih tegar setelah ditinggal suaminya dan memilih mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Pencarian Jodoh Hafsah

Sebagai seorang Ayah, Umar bin Khattav tidak tega melihat putrinya sedih dan kesepian. Maka Umar mulai mencarikan seseorang yang bisa menjaga Hafsah serta membimbing dan mencintainya. Dalam pencariannya, Umar tidak memilih sembarang orang untuk menjadi suami anaknya. Umar memilih dua lelaki terbaik antara sahabat yakni Nabi Abu Bakar Ash-Siddiq dan Utsman bin Affan.

Pada perjodohan pertama dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq ada jawaban yang tidak diharapkan. Ketika Umar mendatangi Abu Bakar ia betanya “Wahai Abu Bakar, maukah engkau menikahi Hafsah?”. Namun Abu Bakar hanya diam dan tidak langsung menjawab pertanyaan Umar, tapi tidak juga menolaknya secara langsung. Umar merasa bingung dan kecewa mengapa Abu Bakar tidak langsung menerimanya. Padahal Hafsah adalah seorang wanita yang mulia dan anak dari seorang sahabat besar. Apakah Hafsah kurang pantas untuknya?

Namun, penolakan pertama dari sahabatnya tersebut tidak membuat Umar menyerah. Umar kemudian mendatangi sahabat lainnya yang menjadi salah satu pilihan untuk dijodohkan anaknya. Utsman bin Affan adalah lelaki yang dikenal dengan kelembutan dan akhlaknya yang mulia. “Wahai Utsman, maukan engkau menikahi Hafshah?”. Namun Utsman emnundukan kepalanya dan berkata dengan lembut “Aku belum siap untuk menikah lagi setelah kepergian Ruqayyah.” Umar semakin kecewa karena kedua sahabat terbaiknya menolak perjodohan dengan anaknya Hafsah.

Mencari Solusi kepada Rasulullah

Merasa sedih dan bingung ketika dua sahabat terbaiknya menolak lamarannya, Umar pun akhirnya menemui Rasulullah dan menceritakan semuanya. Mendengar kisah Umar, Rasulullah pun tersenyum dan berkata :

“Hafsah akan menikah dengan seseorang yang lebih baik dari Utsman dan Utsman akan menikahi seseorang yang lebih baik dari Hafsah.”

Mendengar hal itu, Umar pun terdiam dan mulai menerka-neka tentang apa maksud perkataan Rasulullah. Jawabannya segera datang dengan cara yang begitu indah.

Pernikahan Hafsah dan Rasulullah

Beberapa waktu setelah pertemuan itu. Rasulullah sendiri yang datang langsung menemui Umar untuk melamar Hafsah menjadi istrinya. Bagi Hafsah, lamaran Rasulullah kepada dirinya adalah sebuah penghormatan yang luar biasa. Dari seorang janda yang merasa kehilangan kini menjadi seorang istri dari manusia paling mulia di muka bumi ini. Ia bukan hanya seorang istri nabi tetapi juga Ummul Mukmin-Ibu bagi seluruh kaum Muslimin.

Kasih Sayang Umar kepada Hafsah

Umar bin Khattab adalah seorang khalifah sekaligus seorang ayah yang penuh dengan kasih sayang kepada anaknya. Beliau rela melakukan apapun demi hafsah bahagia dan tidak merasa kesepian setelah peninggalan suaminya. Bahkan dahulu Hafsah adalah seoranag janda kini menjadi istri sekaligus Ummul Mukmin bagi seluruh muslimin.

Bahkan setelah Rasulullah wafat, Umar tetap menjaga Hafsah dengan segenap hatinya. Ia selalu memastikan bahwa putrinya baik-baik saja. Umar juga bangga dengan Hafsah karena ia adalah seorang wanita yang mencintai ilmu dan menjadi penjaga Al-Qur’an pertama dalam sejarah. Karena cinta sejati bukan hanya ada pada pernikahan tetapi juga ada pada kasih seorang ayah kepada putrinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *