Memaknai tahun baru islam bagi seorang muslim- Tidak terasa waktu terus berjalan silih berganti dan seiring berlalunya bulan serta tahun terdapat pelajaran yang berharga dalam hidup. Tahun baru dimaknai sebagai sebuah awal dalam membuka lembaran baru dengan menutup lembaran-lembaran peristiwa saat itu, yang telah pergi dan tidak akan pernah kembali.
Dalam islam, setiap menyongsong tahun baru (Hijriyyah) dimaknai sebagai sebuah perbaikan dari tahun sebelumnya. Karena waktu merupakan sebuah kesempatan dan nikmat dari Allah SWT untuk bisa meningkatkan amal ibadah sebagai bekal akhirat kelak. Seorang mukmin tidak akan melewatkan waktu ini dengan sia-sia melainkan ia senantiasa bertafakkur (berpikir) dan tadzakkur (merenung) akan kekuasaan Allah SWT. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah SAW bersabda :
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tujuan Hidup Seorang Muslim
Kita tahu bahwa waktu merupakan salah satu nikmat yang Allah SWT berikan. Dalam perjalanan hidup sering sekali kita mempertaruhkan waktu dan tenaga untuk bisa hidup di dunia ini hingga melalaikan bekal untuk akhirat. Sehari-hari kita disibukan dengan aktivitas kerja di mulai pada pagi hari sampai malam hari demi menghidupi keluarga. Hal ini juga disampaikan oleh Rasulullah SAW yang bersabda dalam hadis riwayat berikut :
“Setiap hari, semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mencelakakannya” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
Bukankah hidup adalah sebuah perjalanan? maka pada hakikatnya seorang muslim dalam meniti perjalanan hidupnya memiliki tujuan saat ia dilahirkan. Tujuan akhir seorang muslim adalah meraih ridhonya Allah SWT hingga berada di surga-Nya. Ia melakukan perjalanan hidupnya untuk dapat mengenal siapa Allah SWT. Dengan mengetahui nama, sifat, dan perbuatan-Nya.
Inilah tujuan perjalanan hidup yang pertama ma’rifatullah (dalilnya: QS.Ath-Thalaaq: 12). Kemudian dia iringi ma’rifatullah itu dengan ‘Ibadatullah (beribadah dan ta’at kepada Allah SWT). Dan inilah tujuan perjalanan hidup yang kedua bagi seorang Muslim, yaitu agar dia bisa beribadah hanya kepada-Nya saja dengan benar (dalilnya QS.Adz-Dzaariyaat : 56), ia persembahkan jiwa raganya untuk Allah.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(162) “Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
(163) “Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’aam:162-163).
Memaknai Tahun Baru islam
Tafakkur (berpikir) yang pertama, yaitu tafakkur hisab (intropeksi)
Tahun baru memang sebuah momentum dalam hidup kita setelah melewati beberapa peristiwa dalam prosesnya. Maka di tahun baru islam ini seharusnya kita memanfaatkan momentum ini dengan bermuhasabah diri serta memperbaiki diri menjadi lebih baik. Salah satunya dengan memikirkan serta mengingat (tadzakkur) dosa-dosa di tahun lalu. Menyesali perbuatan dosa di masa lalu dengan senantiasa beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT.
Tafakkur yang kedua, yaitu tafakkur isti’daad (persiapan)
Tahun baru islam ini juga sebagai momentum untuk memperbanyak amal ibadah (istiqomah) serta mempersiapkan hati yang bersih untuk meniti perjalanan hidup pada tahun baru ini. Dengan senantiasa berada di jalan taat setiap harinya, sembari memohon pertolongan kepada Allah SWT, agar bisa mempersembahkan ibadah yang terindah kepada Sang Penciptanya, terdorong mengamalkan prinsip hidupnya yang terdapat dalam ayat berikut:
{إياك نعبد وإياك نستعين }
“Hanya kepada-Mulah, kami beribadah dan hanya kepada-Mulah kami menyembah”.
Semoga bermanfaat, Waallahu’alam bissawaf.
Referensi lainnya : muslim.or.id