Memperbanyak Doa Ketika Sujud

Memperbanyak doa ketika sujud – Berdoa adalah senjata bagi seorang mukmin ketika beribadah atau pada waktu mustajab. Doa juga meminta kebaikan  untuk datang dalam hidup kita, dan meminta dijauhkan dari keburukan hidup. Orang yang senantiasa berdoa bisa mendapatkan pahala atas doa itu sendiri. Dan Allah ta’ala meridhoi orang-orang yang senantiasa berdoa untuk memohon pertolongan kepada-Nya.

Sujud merupakan ibadah untuk seorang hamba lebih dekat dengan Rabb’nya. Maka ketika sujud dalam sholat, kita dianjurkan untuk memperbanyak doa. Karena dalam sholat merupakan salah satu tempat dikabulkannya oleh Allah ta’ala. Sebagaimana dalam Shahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَقْرَبُ ما يَكونُ العَبْدُ مِن رَبِّهِ، وهو ساجِدٌ، فأكْثِرُوا الدُّعاءَ

Keadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa. (HR. Muslim no. 482)

Lantas, apakah ada ketentuan khusus berdoa ketika bersujud, dan sujud yang mana dalam sholat untuk berdoa?

Memanjangkan sujud pada dasarnya diperbolehkan, tetapi tidak ada anjuran khusus untuk memanjangkan sujud terakhir atau sujud lainnya. Jika dilakukan sekali atau secara tidak sengaja, maka tidak masalah, tetapi jangan dijadikan kebiasaan. [1]

Syekh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan,

“Memanjangkan sujud terakhir bukanlah sunah, karena sunahnya adalah gerakan-gerakan salat dilakukan secara berdekatan (lama waktunya, pent.), seperti rukuk, bangkit dari rukuk, sujud, dan duduk di antara dua sujud. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu,

رمقت الصلاة مع النبي صلى الله عليه وسلم فوجدت قيامه فركوعه فسجوده فجلسته ما بين التسليم والانصراف قريباً من السواء

Aku memperhatikan salat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku dapati beliau berdiri, rukuk, sujud, dan duduknya antara salam, dan beranjak (dari salat) hampir sama.’

Ini adalah yang lebih utama.’” [2]

Oleh karena itu, memperbanyak doa ketika sujud bisa dilakukan di sujud yang mana pun dari salat. Dan membiasakan untuk memanjangkan sujud khusus di terakhir saja, bukanlah sunah. Wallahu a’lam.

Adab dalam berdoa ketika sujud

Allah ta’ala adalah Rabb yang Maha Pemurah, namun kita sebagai seorang hamba harus memperhatikan bagaimana adab berdoa terlebih ketika sujud supaya Allah ta’ala ridho. Kita diwajibkan secara syar’i untuk berdoa dengan lisan kita, kadang dengan suara pelan dan kadang di antara pelan dan keras.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)

Adapun keadaan di antara mengeraskan dan memelankan suara, Allah Ta’ala berfirman,

وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً

Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)

Tidak ada larangan untuk berdoa, karena Allah ta’ala sebaik-baiknya penolong. Yang perlu kita perhatikan dalam berdoa ketika sujud adalah meluruskan niat dan tetap khusyu dalam beribadah. Sebagaimana dalam Surat At Talaq ayat 3 Allah berfirman:

ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW.

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري، رقم 7405 ومسلم ، رقم2675

”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”(HR Bukhari dan Muslim).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *