Kisah Cinta Ayyub dan Rahmah di Ujung Ujian

Kisah cinta Ayyub dan Rahmah di Ujung Ujian – Kisah romantis ini adalah kisah dari keturunan Bani Israil. Ayyub adalah keturunan dari Nabi Yakub As. Sedangkan Rahmah istrinya berasal dari keturunan yang mulia di kalangan Bani Israil yakni cucu dari Nabi Yusuf As. Kisah ini menceritakan bagaimana kesetiaan seorang istri berada di puncak ujian, dimana ketika semua kenikmatan dunia meninggalkan kehidupannya. Lantas, apakah mereka mampu melaluinya dengan sabar? Berikut kisahnya.

Kehidupan Ayyub dan Keluarganya

Pada awal kehidupan mereka Allah SWT memberikan kemakmuran, kekayaan, dan keberkahan yang luar biasa pada kehidupan Ayyub As. Beliau juga dikarunian keturunan dengan rezeki berupa hasil pertanian dan peternakan yang tidak terhitung jumlahnya. Kehidupan yang dijalani Ayyub As. dan keluarganya sangat makmur dan diimpiankan semua orang.

Namun dibalik kenikmatan yang dimilikinya ada ujian yang mereka hadapi. Tidak hanya manusia saja yang menginginkan kebahagiaan yang dimiliki Ayyub As. dan keluarganya. Namun, syaitan juga iri dengan kehidupan Ayyub As. yang penuh syukur, taat dan hamba yang sholeh di saat beliau berkecukupan. Syaitan memohon kepada Allah SWT untuk memberikan ujian berupa kefakiran dan kehilangan, apakah Ayyub As masih sama ketika beliau pada puncak kejayaan dulu?

Ujian Fase Pertama yang di hadapi Ayyub

Nabi Ayyub mulai merasakan ujian secara bertahap dan tiba-tiba. Pada ujian fase pertama saat menjelang panen kebun Ayyub As. tiba-tiba hancur akibat ditimpa angin kering yang panas. Kemudian seluruh kebunnya terbakar bahkan tidak tersisa sedikitpun hanya dalam satu malam. Meski begitu, Nabi Ayyub tetap taat,  bersabar, dan bertawakal serta bersyukur kepada Allah SWT.

Ujian Fase Kedua

Meskipun Ayyub As. diterpa musibah atas kebakaran kebunnya, beliau dan keluarganya masih taat menjalankan perintah-Nya. Kemudian syaitan pun meminta izin kembali kepada Allah SWT untuk menaikan level dan menambah kadar ujiannya. Ujian pada fase kedua ini yaitu harcurnya seluruh ternak yang dimiliki Ayyub As. Maka pada hari berikutnya ternak-ternak Ayyub As. terkena wabah penyakit yang membuat mereka mati mendadak tanpa sempat diselamatkan satupun. Akhirnya kekayaan Ayyub As. binasa seketika, kebun-kebunnya musnah tak tersisa dan ternak-ternaknya mati.

Ujian Fase Ketiga

Ketika ujian demi ujian yang menimpa Ayyub As. keteguhan imannya tidak patah sedikitpun. Bahkan bersama anak-anak dan istrinya beliau tetap istiqomah dijalan-Nya. Mereka saling menguatkan dengan terjaganya keutuhan keluarga saat menghadapi ujian. Mendengar percakapan Ayyub dan istrinya Rahmah, syaitan mendapati kelemahan mereka bukan karena harta melainkan keluarga. Lantas pada hari berikutnya, putra putri beliau satu persatu meninggal dipangkuan kedua orangtuanya karena penyakit yang tidak diketahui penyebabnya.

Ujian atas kehilangan anak-anak mereka merupakan ujian yang sangat berat. Meski semuanya hilang, tetap saja tidak meruntuhkan keteguhan imannya. Bahkan mereka terus bertawakal dan meyakini bahwa semuanya akan kembali kepada Allah SWT.

Ujian level Up

Ujian demi ujian masih belum berhenti sampai situ. Di hari berikutnya, beliau tiba-tiba merasakan sakit yang mengakibatkan tubuhnya terasa sangat gatal. Saking gatalnya beliau menggaruk tubuhnya dengan sangat dahsyat hingga kulit Ayyub As terkelupas sampai tulangnya kelihatan. Ketika beliau muntah, hingga muntahannya itu sampai mengeluarkan darah dan nanah. Beliau benar-benar merasakan sakit yang sangat luar biasa.

Akhirnya beliau berdoa, ” Ya Allah, sisakan untukku, lisanku dan hatiku supaya tetap sehat yang dengan itu aku bisa berdzikir dan bersyukur kepadamu”. Sungguh luar biasanya ketawakalan Ayyub As dalam memghadapi ujian hingga beliau tidak pernah sekalipun menyalahkan keadaan yang dialaminya dan tetap bersyukur.

Kesetiaan di ujung ujian sang istri mendampinginya

Melihat kondisi Ayyub As yang sedang sakit parah, tetangganya beliau merasa tudak sudi untuk dekat dengannya. Sehingga beliau dikucilkan dari masyarakat yang ada di sekitarnya. Beliau diusir dari kampungnya dan mengucilkan diri. Hanya tinggal tersisa istrinya yang setia mendampingi beliau. Padahal sakitnya Ayyub As. menyebabkan tubuhnya berbau busuk yang luar biasa. Namun istrinya Rahma tetap berada di sisinya.

Dalam sebuah riwayat menyebutkan dalam Musnad Ahmad bahwa, Nabi Ayyub tidak pernah berdoa meminta kesembuhan. Melainkan lisan beliau hanya terucap kalimat-kalimat dzikir “Subhanallah, walhamdulillah, wa’laa ilahaillah, wallahu akbar selama bertahun-tahun lamanya.

Sakit di tahun ke 7

Rahmah sang istri yang menemani Ayyub As. dalam masa pembaringan sakit ini pun akhirnya bertanya kepada Ayyub pada tahun ke 7 penyakitnya. Beliau bertanya kenapa sang suami tidak meminta kesembuhan kepada Allah SWT.

Padahal suaminya sudah sakit selama 7 tahun dan beliau juga kekasih Allah SWT yang selalu taat dijalan-Nya. Maka tidak mungkin Allah SWT tidak mengabulkan doanya. Mendengar hal itu, Nabi Ayyub As mengatakan bahwa sesungguhnya aku malu karena Allah SWT telah memberikan nikmat yang berlimpah dan kesehatan selama 70 tahun.

Ujian terakhir

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Ayyub mengalami ujian sakit selama 18 tahun lamanya dan istrinya Rahmah masih menjadi satu-satunya orang yang mendampingi Nabi Ayyub As dikala sedang tertimba musibah.

Begitu teguhnya keimanan Nabi Ayyub As setelah beberapa ditimpa dengan ujian berat dalam hidupnya. Namun tak sedikitpun runtuhnya iman dalam diri Nabi Ayyub As bahkan kecintaannya kepada Allah SWT melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.

Allah SWT memerintahkan kepada Ayyub As. ketika berada di tempat mandinya untuk mengetukkan kakinya dan kemudian memancarkan mata air yang sangat segar untuk beliau minum sebagai obat penyembuh sakitnya. Kemudian beliau mandi dengan air tersebut untuk melunturkan semua penyakit yang ada di tubuhnya.

Romatisnya cinta Rahmah kepada Ayyub

Setelah bertubi-tubi ujian di hadapi namun cinta mereka tetap utuh dan terjaga. Kisah cinta Ayyub dan Rahmah mengajarkan tentang arti cinta sejati. Bukan tentang cinta dunia saja namun cinta tentang taat bersama dalam sehat maupun sakit, dalam lapang maupun sempit, hingga surga menjadi tempat pulang yang dinanti. Karena cinta sejati bukan tentang siapa yang paling sempurna, tetapi siapa yang paling setia membawa kita ke surga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *