Keutamaan Birrul Waalidain (Berbakti Kepada Orang Tua)

Keutamaan Birrul Waalidain (berbakti kepada orang tua) Setiap orang tua tentu akan memberikan segala yang terbaik untuk anaknya. Merekalah yang banyak berkorban dengan harta, jiwa, bahkan raga untuk membuat anaknya bahagia. Seorang ibu yang mengandung selama sembilan bulan, menyusui dan merawatnya hingga besar. Sementara seorang ayah yang mencari nafkah tanpa rasa lelah demi memberikan segala yang terbaik untuk anak-anaknya.

Begitu besar rasa cinta dan kasih yang diberikan kedua orang tua untuk kehidupan anak-anaknya. Mereka membesarkan dan mendidik anak-anaknya dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharap balas budi dari anaknya. Maka tak ada alasan seorang anak untuk melawan kedua orang tuanya dan hendaklah untuk berbuat baik (birrul waalidain) dan mendoakan mereka. Hal ini juga dianjurkan dalam firman Allah ta’ala berikut :

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali”. (Q.S. Luqman [31]: 15)

Begitu mulianya kedudukan orang tua dalam islam, karena dari mereka terlahirlah generasi peradaban yang baru. Sehingga diwajibkan bagi seorang anak untuk tidak berkata kasar apalagi sampai menyakiti hati kedua orang tuanya. Sebab ridho Allah adalah ridho orangtua, dan murka Allah adalah murka orang tua. Perintah berbakti kepada orang tua (birrul waalidain) tentunya memiliki banyak keutamaan bagi seorang muslim yang melaksanakannya, antara lain:

1) Amalan yang paling dicintai Allah

Dalam suatu hadits shahih yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT.

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, Berbakti kepada kedua orang tua.Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).

2) Ridhonya Allah bergantung pada ridhonya orang tua

Seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya hingga mereka ridho dapat mengundang keridhoan dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang anak yang durhaka hingga membuat kedua orang tuanya murka dapat mengundang kemurkaan Allah ta’ala kepada dirinya. Sebagaimana Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

“Ridho Allah SWT. ada pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

3) Kemudahan dalam mendapatkan rezeki dan keberkahan umur yang panjang

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad).

4) Doa mustajab dari anak yang berbakti (birrul waalidain) kepada kedua orang tuanya

Anak yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya hingga mereka ridho dan berdoa untuk kebaikan anaknya maka doanya mustajab (memiliki peluang besar dikabulkan oleh Allah ta’ala). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ، لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ

“Ada tiga do’a yang mustajab, tidak ada keraguan akan hal itu; do’a orang yang terdzalimi, do’a musafir, dan do’a orang tua untuk (kebaikan) anaknya”. (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syekh Al-Arnauth).

5) Diterimanya pintu taubat

Berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua (birrul waalidain) atau kepada salah satu dari keduanya dapat diterimanya pintu taubat. Ibnu Umar meriwayatkan bahwa;

 أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، رَجُلٌ، فقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا كَبِيرًا، فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟، فقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلَكَ وَالِدَانِ؟ »، قَالَ: لَا، قَالَ: «فَلَكَ خَالَةٌ»؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «فَبِرَّهَا إِذًا».

Seorang pria datang kepada Rasululla shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “wahai Rasulullah, saya telah melakukan dosa besar, apakah masih ada taubat utukku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?” “Tidak,” “Apakah kamu memiliki khalah (saudari ibu)?” “Iya,” “Kalau begitu berbuat baiklah kepadanya!” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban, dishahihkan olejh Syekh Al-Albani).

6) Berbakti kepada orang tua (birrul waalidain) merupakan pintu surga yang pertengahan

Kedua orang tua merupakan salah satu pintu surga, bahkan pintu surga yang paling pertengahan. Abu Abdurrahman As-Sulami meriwayatkan dari Abu Darda, Seorang pria mendatangi beliau mengatakan, “Saya memiliki seorang istri, namun ibuku menyuruhku untuk mentalaknya. Abu Darda mengatakan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ

“Orang tua merupakan pintu syurga paling pertengahan, jika engkau mampu maka tetapilah atau jagalah pintu tersebut”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dishahihkan Syekh Al-Albani dan syekh Al-Arnauth).

7) Amalan di jalan Allah SWT (Fi Sabilillah)

Berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan mulia, bahkan termasuk amalan di jalan Allah ta’ala. Saking agungnya kedudukan orang tua dan besarnya hak mereka untuk mendapatkan bakti dari anak-anaknya, kewajiban berbakti tidak gugur meskipun orang tua berbeda keyakinan dengan anaknya, selama tidak mengajak mengingkari Allah ta’ala.  Sebagaimana firman Allah SWT,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Oleh karena itu, selama kedua orang tua masih ada mari manfaatkan kesempatan ini untuk meraih kebaikan dan kemuliaan dengan berbakti kepada orang tua (birrul waalidain) kita. Namun jika kedua atau salah satu dari mereka sudah berpulang kepada-Nya, maka kewajiban seorang anak masih bisa tertunaikan dengan senantiasa mendoakan mereka. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *