Hati Yang Dipenuhi Tauhid

Hati yang dipenuhi tauhid – Hati merupakan pusat dari perilaku manusia, jika hatinya baik maka perilakunya pun akan baik. Seorang mukmin hatinya dipenuhi dengan tauhid, lisannya senantiasa berdzikir kepada Allah, dan akhlak dalam berperilakunya dipenuhi dengan kebaikan. Tauhid merupakan akar atau dasar dari agama islam, ilmu tauhid mempelajari tentang dzat yang Maha Esa, tunggal, dan satu yaitu Allah SWT.

Seorang mukmin yang hatinya dipenuhi dengan tauhid, ia senantiasa lapang dalam menjalani hidupnya. Karena ia tahu segala sesuatu sudah ditetapkan Allah dan akan kembali kepada-Nya. Hati yang dipenuhi tauhid juga, ia akan selalu mengingat -Nya dan mengakui tidak ada tuhan selain Allah.

Memiliki ilmu tauhid merupakan anugerah terindah dari Allah ta’ala kepada seorang hamba. Karena inilah kenikmatan pertama yang disebutkan dalam surah an-Nahl, Hal ini juga menunjukkan bahwa taufik untuk bertauhid merupakan kenikmatan terbesar yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada seorang hamba. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ

“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”

(QS. An-Nahl: 2)

Hati yang dipenuhi dengan tauhid terdapat cahaya yang akan menyucikan hati, karena tauhid yang terpatri di dalam hati mengandung pengingkaran terhadap penyembahan yang batil kepada selain Allah dan penetapan adanya penyembahan yang hak (benar) hanya kepada Allah saja. Inilah intisari dan esensi dari kalimat tauhid “laa ilaha illallah” serta merupakan perkara terbaik yang diperoleh dan dicapai oleh hati dan jiwa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan,

قِيلَ يا رَسولَ اللَّهِ مَن أسْعَدُ النَّاسِ بشَفَاعَتِكَ يَومَ القِيَامَةِ؟ قالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: لقَدْ ظَنَنْتُ يا أبَا هُرَيْرَةَ أنْ لا يَسْأَلُنِي عن هذا الحَديثِ أحَدٌ أوَّلُ مِنْكَ لِما رَأَيْتُ مِن حِرْصِكَ علَى الحَديثِ أسْعَدُ النَّاسِ بشَفَاعَتي يَومَ القِيَامَةِ، مَن قالَ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِن قَلْبِهِ، أوْ نَفْسِهِ

“Terdapat satu pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini. Karena aku melihat Engkau sangat tertarik terhadap hadis. Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan “laa ilaaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya. (HR. Bukhari no. 99)

Itulah kenapa kita dianjurkan untuk senantiasa menanamkan ilmu tauhid dalam hati kita ketika dalam beraktivitas, agar rasa cinta dan keimanan kita hanya terpaut pada Allah ta’ala dan Rasulullah sebagai utusan Allah ta’ala. Sehingga harapan kita hanya bergantung kepada-Nya dan kecil sekali berharap kepada manusia. Karena zat yang paling perkasa adalah Allah ta’ala.

Referensi : muslim.or.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *