Bukan Hanya Sekedar Kalimat Syahadat

Bukan hanya sekedar kalimat syahadat- Syahadat adalah pintu masuk pertama bagi seseorang yang ingin masuk agama islam. Saat seseorang melafadzkan kalimat syahadat dari lisan maupun hatinya, maka mereka dianggap seorang muslim. “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”

Syahadat bukan hanya syarat menjadi seorang muslim saja, namun memiliki makna tauhid di dalamnya. Syahadat di mulai dengan niat dan mengosongkan hati dari ketergantungan selain Tuhannya.

Makna kalimat syahadat pertama bagi seorang muslim adalah berkhidmat, menyakini, dan menegaskan dengan jiwa dan raganya bahwa tiada Tuhan selain Allah ta’ala yang berhak disembah. Sedangkan pada kalimat syahadat kedua bagi seorang muslim adalah bersaksi akan kenabian Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti jejaknya (sunah Nabi) dan mengikuti akhlaknya.

Syahadat ini penting untuk menunjukan bahwa keimanan bukanlah sesuatu yang harus kita raih atau dapatkan, tapi kalimat syahadat adalah sebuah perjalanan membuka apa yang sudah diberikan oleh Allah ta’ala.

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.At-Taghabun: 11)

Agama islam adalah rahmat bagi seluruh alam beserta isinya. Dan rahmat didapatkan kepada siapa saja yang Allah ta’ala kehendaki berupa hidayah yang menuntunnya ke jalan kebenaran. Maka ketika seseorang mengucapkan kalimat syahadat perlu disertai niat yang tulus dan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan dari siapapun. Karena ketika seseorang menerima agama islam dengan segenap jiwa raganya, maka akan tumbuhlah cahaya iman dihatinya serta mudah dalam memahami ilmu.

Pahala dan nilai keimanan datang dari kebebasan seseorang untuk memilih apakah ia akan menerima atau menolak apa yang telah Allah ta’ala berikan kepadanya. Inilah mengapa Al-Qur’an dengan jelas menyatakan dalam ayat berikut:

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:256)

Setiap orang di bumi sudah membawa benih keimanan dalam diri mereka; bagaimana benih-benih itu tumbuh bergantung pada apa yang telah Allah ta’ala takdirkan untuk mereka dan sejauh mana mereka berjuang secara spiritual. Semoga artikel ini bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *