Ada Yang Berubah Setelah Sah!

Ada yang berubah setelah sah! – Kehidupan pernikahan yang harmonis adalah impian bagi kebanyakan orang. Terlebih lagi pernikahan merupakan jalan awal dalam membangun bahtera rumah tangga bersama.

Setelah ijab qobul diucapkan maka sah lah hubungan antara kedua insan menjadi halal. Setiap ibadah maupun kebaikan yang dilakukan pasangan suami-istri dalam pernikahannya menjadi ladang pahala bagi keduanya. Itulah mengapa pernikahan adalah perjanjian yang suci dan agung di hadapan Allah ta’ala. Lantas, Adakah yang berubah setelah kata sah terucap dan bagaimana mengatasinya berikut penjelasannya :

1) Merasakan honeymoonphase

Periode awal pernikahan akan mengalami perasaan bahagia, gairah yang tinggi, dan idealisasi pasangan. Fase ini biasanya berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun, dimana pasangan cenderung akan mengabaikan kekurangan satu sama lain dan menikmati kedekatan secara emosional.

2) Akhir dari fase euforia: realitas pernikahan

Seiring berjalannya waktu, fase menyenangkan mulai memudar dan pasangan akan mulai menghadapi realitas pernikahan. Penelitian menunjukkan bahwa setelah tiga tahun, banyak pasangan yang menghadapi tantangan seperti perbedaan nilai, konflik yang belum terselesaikan, dan penyesuaian dengan keluarga pasangan. Hal ini dikenal sebagai “three-yearitch” kondisi di mana pasangan harus menavigasi konflik dan menilai kembali kompatibilitas mereka.

3) Pentingnya komunikasi dan penyesuaian diri

Pernikahan adalah sebuah perjalanan dimana baik suami maupun istri saling bekerjasama dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Pasangan suami istri yang sudah menikah kurang dari 10 tahun dan keduanya sama-sama bekerja penting sekali melakukan penyesuaian. Komunikasi yang baik membantu pasangan mengatasi perbedaan dan membangun pemahaman yang lebih dalam.

4) Penurunan kepuasan pernikahan setelah memiliki anak

Transisi menjadi orang tua yang sebelumnya hidup berdua merupakan perubahan besar yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan. Sebuah meta-analisis menemukan bahwa terdapat penurunan sedang dalam kepuasan pernikahan selama tahun pertama pasca kelahiran anak dan pasca penurunan kecil pada tahun kedua. Hal ini menunjukkan pentingnya kesiapan mental dan emosional dalam menghadapi perubahan peran dalam pernikahan.

5) Adaptasi itu engga instan

Sebuah pernikahan yang harmonis dan bahagia butuh kematangan emosional, resolusi konflik yang efektif, kesamaan nilai dan fleksibilitas dalam peran. Ini semua engga otomatis muncul hanya karena “sudah sah”.

Jangan biarkan euforia awal acara pernikahan menutupi pentingnya persiapan menghadapi realita pernikahan. Jadikan cinta kalian terus bertumbuh bukan hanya bertahan semata. Semoga bermanfaat.

Referensi tulisan : sekolah pranikah-Masjid Nurul Ashri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *