Belajar dari kisah Nabi Ibrahim – Nabi Ibrahim a.s adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah ta’ala untuk menyampaikan risalah kebenaran (tauhid) dan petunjuk menuju jalan kebaikan. Nabi Ibrahim a.s mengajak umatnya untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan segala bentuk kesyirikan.
Nabi Ibrahim a.s juga dijuluki sebagai bapaknya para nabi dan rasul dan juga beliau adalah kakek moyang dari Nabi Muhammad SAW. Adapun kisah Nabi Ibrahim a.s ini bisa dijadikan pelajaran hidup atas pengorbanan, keyakinan, serta keteguhan hati dalam menjalankan perintah Allah ta’ala, berikut kisahnya :
Kelahiran Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim a’s lahir di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang pada masa itu banyak menyembah berhala yang terbuat dari kayu dan batu. Ayah Nabi Ibrahim a.s bernama azar yang masih keturunan dari Sam bin Nuh yakni anak dari Nabi Nuh a.s. Ia adalah seorang seniman pembuat patung berhala yang dijadikan sebagai sesembahan kaumnya termasuk ayahnya. Nabi Ibrahim a.s lahir di Babilonia, tepatnya di kota Ur Kasdim, namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa beliau lahir di sebuah dataran rendah di Damaskus.
Selain itu Nabi Ibrahim a.s lahir pada masa raja Namrud yang sombong dan angkuh, bahkan mengaku sebagai tuhan. Pada masa kejayaan raja Namrud ia selalu berbuat dzalim kepada kaumnya sampai memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir di negerinya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kedudukannya setelah bermimpi buruk tentang kelahiran anak laki-laki yang akan meruntuhkan kerajaannya dan menghancurkan tuhan-tuhannya.
Hingga Allah ta’ala melindungi ibu Nabi Ibrahim a.s dari kekejaman Raja Namrud, sehingga kehamilannya tidak diketahui oleh orang-orang. Beliau melahirkan Nabi Ibrahim a.s di sebuah gua yang tersembunyi, dan menyusuinya di sana selama beberapa tahun. Kemudian, beliau membawanya pulang ke rumahnya dan menitipkannya kepada ayahnya.
Masa Kecil Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim a.s adalah seorang anak yang cerdas dan berakal sehat sejak kecil. Ia seorang pembelajar sejati, rasa pengetahuan yang tinggi akan suatu kebenaran membuat Nabi Ibrahim selalu bertanya-tanya tentang patung-patung yang dibuat oleh ayahnya dan disembah oleh kaumnya.
Nabi Ibrahim a.s mencari tahu tentang tuhan yang sebenarnya menciptakan alam semesta ini dan seisinya. Beliau mengamati alam semesta (langit, bumi, bintang, matahari, bulan, segala makhluk yang ada disekitarnya) dengan teliti dan mendapati bahwa semua ciptaan Allah ta’ala bersifat fana dan berubah-ubah.
Beliau tidak percaya bahwa patung-patung yang dibuat ayahnya dapat memberi manfaat atau mudarat kepada manusia. Beliau juga tidak percaya bahwa Raja Namrud adalah tuhan, karena ia hanya seorang manusia biasa. Hingga Nabi Ibrahim a.s menyadari bahwa Tuhannya satu, yaitu Allah ta’ala, ia tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Nabi Ibrahim a.s yang msih beliapun mulai menyatakan kebenaran tauhidnya di hadapan ayahnya dan kaumnya. Beliau menasehati mereka agar meninggalkan penyembahan berhala yang tidak dapat mendengar, melihat, bahkan bergerak. Beliau juga menantang Raja Namrud untuk membuktikan kekuasaannya sebagai tuhan. Namun, ayahnya dan kaumnya tidak mau mendengarkan nasihat Nabi Ibrahim a.s, bahkan marah dan mengancamnya.
Nabi Ibrahim a.s mulai menghadapi beberapa ujian dalam hidupnya
Nabi Ibrahim a.s mendapat banyak ujian dari Allah ta’ala dalam perjuangannya menyebarkan risalah tauhid. Di antara ujian-ujian tersebut adalah:
1) Ujian api
Ketika nabi Ibrahim a.s menghancurkan semua patung-patung di kuil kaumnya kecuali patung terbesar, sebagai bukti bahwa patung-patung itu tidak berdaya . Kaumnya marah besar dan memutuskan untuk membakar nabi Ibrahim a.s hidup-hidup di dalam api yang besar. Namun, Allah ta’ala menyelamatkan beliau dengan menjadikan api itu dingin dan damai bagi beliau.
2) Ujian hijrah
Ketika nabi Ibrahim a.s tidak berhasil mengajak kaumnya beriman kepada Allah ta’ala, beliau memutuskan untuk hijrah meninggalkan negerinya bersama istrinya Sarah dan keponakannya Luth . Beliau berkelana ke berbagai negeri seperti Mesir, Palestina, Suriah, hingga Mekkah.
3) Ujian istri kedua
Ketika nabi Ibrahim a.s dan istrinya Sarah berada di Mesir, mereka bertemu dengan raja Fir’aun yang terpesona oleh kecantikan Sarah. Raja Fir’aun ingin mengambil Sarah sebagai istrinya, tetapi Allah SWT melindungi Sarah dengan mengirimkan malaikat Jibril yang menampar raja Fir’aun setiap kali ia mendekati Sarah. Akhirnya, raja Fir’aun melepaskan Sarah dan memberinya seorang budak perempuan bernama Hajar sebagai hadiah . Sarah kemudian menyerahkan Hajar kepada nabi Ibrahim a.s sebagai istri keduanya .
4) Ujian anak
Ketika Nabi Ibrahim a.s sudah tua dan belum memiliki anak, Allah ta’ala mengaruniakan beliau seorang anak laki-laki dari istrinya Hajar, yang bernama Ismail . Nabi Ibrahim a.s sangat bahagia dan bersyukur atas nikmat Allah SWT. Namun, Allah SWT kemudian memerintahkan beliau untuk mengorbankan anaknya Ismail sebagai ujian bagi keimanannya . Nabi Ibrahim a.s dan Ismail pun bersedia menaati perintah Allah ta’ala dengan penuh kesabaran dan ketawakalan . Namun, ketika nabi Ibrahim a.s hendak menyembelih Ismail, Allah ta’ala menggantikan Ismail dengan seekor domba yang disembelih sebagai kurban. Allah ta’ala pun memuji keikhlasan dan ketaatan nabi Ibrahim a.s dan Ismail, dan memberikan beliau seorang anak laki-laki lagi dari istrinya Sarah, yang bernama Ishaq.
5) Ujian pembangunan Ka’bah
Ketika nabi Ibrahim a.s dan Ismail sudah dewasa, Allah SWT memerintahkan mereka untuk membangun Ka’bah di Mekkah sebagai rumah ibadah pertama bagi umat manusia . Nabi Ibrahim a.s dan Ismail pun bekerja keras untuk mengumpulkan batu-batu dan menempatkannya sesuai dengan petunjuk Allah ta’ala . Setelah Ka’bah selesai dibangun, Allah ta’ala memerintahkan nabi Ibrahim a.s untuk menyeru manusia untuk datang berhaji ke Ka’bah . Nabi Ibrahim a.s pun menaati perintah Allah ta’ala dengan mengumandangkan azan yang didengar oleh seluruh makhluk di bumi dan langit . Sejak saat itu, Ka’bah menjadi tempat suci bagi umat Islam yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan ibadah haji .
6) Ujian debat dengan kaumnya
Ketika nabi Ibrahim a.s kembali ke negerinya setelah membangun Ka’bah, beliau masih berusaha mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah ta’ala dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala. Namun, kaumnya tetap keras kepala dan tidak mau mendengarkan nasihat nabi Ibrahim a.s. Mereka bahkan mencela dan menghina nabi Ibrahim a.s dan Tuhan yang beliau sembah. Nabi Ibrahim a.s pun membantah mereka dengan argumentasi yang logis dan tegas. Beliau menunjukkan bahwa berhala-berhala itu tidak dapat memberi manfaat atau mudarat kepada siapa pun, sedangkan Allah ta’ala adalah pencipta dan pemberi rezeki bagi semua makhluk. Beliau juga menunjukkan bahwa Allah ta’ala adalah Tuhan yang menguasai langit dan bumi, matahari dan bulan, bintang-bintang dan segala yang ada di antaranya. Beliau juga menantang mereka untuk membuktikan kekuatan tuhan-tuhan mereka jika mereka benar-benar yakin. Namun, kaumnya tidak dapat menjawab tantangan nabi Ibrahim a.s, bahkan mereka menjadi semakin marah dan sombong .
Wafatnya Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim AS wafat pada usia 175 tahun di Palestina. Beliau dimakamkan di samping makam istrinya, Sarah, yang terletak di gua Makhpela di Hebron. Beliau meninggalkan keturunan mulia dari anak-anaknya yaitu Ismail dan Ishaq, yang kemudian menjadi nenek moyang para nabi dan rasul setelahnya.
Di antara keturunan beliau adalah Nabi Musa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW. Nabi Ibrahim a.s adalah teladan bagi umat Islam dalam hal keimanan, ketaatan, kesabaran, pengorbanan, dan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah ta’ala. Beliau juga disebut sebagai al-Khalil (kekasih) Allah ta’ala karena kedekatan dan kecintaannya kepada Allah ta’ala. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kesayangan-Nya. (QS. An-Nisa’: 125)
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain dari Allah; kami ingkari kamu; dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian sampai selama-lamanya kamu beriman kepada Allah saja”. (QS. Al-Mumtahanah: 4)