Akibat dari makanan haram – Makanan mempunyai pengaruh besar bagi diri orang yang memakannya. Mulai dari jenis dan asal makanannya dapat mempengaruhi pola hidup dan kesehatan bagi diri orang yang memakannya. Makanan yang baik dan halal akan membentuk jiwa yang bersih dan tubuh yang sehat. Sebaliknya makanan tidak sehat dan haram akan membentuk jiwa yang kotor dan tubuh yang sakit.
Itu sebabnya, islam mengajarkan kita untuk mengkonsumsi makanan yang baik, halal, dan thoyyib agar kita terhindar dari penyakit jasmani maupun rohani. Bahkan Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi” (QS. Al-Baqarah :168)
Maka jelas bagi seorang muslim untuk menjauhi makanan yang haram dan tidak boleh bagi seorang untuk mengharamkan suatu makanan kecuali berlandaskan dalil Al-Qur’an dan hadits yang shahih.
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” (QS. An-Nahl : 116)
Adapun akibat dari sering memakan makanan yang haram adalah :
Selalu berbuat maksiat
Makanan yang haram dapat menyebabkan orang yang memakannya cenderung selalu beruat maksiat baik disadari atau tidak. Apalagi makanan yang diperoleh dengan cara yang haram seperti mencuri, mengambil hak orang lain, dan berbuat dusta untuk mendapatkan keuntungan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah yang baik itu mendatangkan sesuatu kecuali yang baik pula” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadist ini, secara tidak langsung mengatakan bahwa perbuatan buruk akan mendatangkan keburukan bagi orang yang melakukannya. Sehingga, orang yang terbiasa memakan makanan haram akan terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat. Sehingga ia menjadi pribadi yang kufur nikmat lagi sombong. Hatinya menjadi keras bahkan mati terhadap nasihat-nasihat perkara urusan agama dan akhirat.
Tidak dikabulkannya doa
Akibat makan makanan haram yang kedua adalah tidak terkabulnya doa. Karena ia sering sekali melalaikan ibadah dan sibuk urusan dunia. Sebagaimana pesan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat Sa‘d radliyallahu ‘anhu.
يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا
“Wahai Sa‘d, perbaikilah makananmu, niscaya doamu mustajab. Demi Dzat yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang hamba yang melemparkan satu suap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak diterima amalnya selama empat puluh hari” (Sulaiman ibn Ahmad, al-Mu‘jam al-Ausath, jilid 6, hal. 310).
Bagaimana mungkin, kita mengharapkan terkabulnya doa jika diri ini masih sering berbuat maksiat, memakan makanan haram, dan berbuat dzolim. Padahal Allah SWT maha pengasih ia akan mengabulkan doa-doa setiap hamba-Nya yang tulus dan mengampuni kesalahan setiap hamba yang mau bertaubat.
Sulit menerima ilmu Allah SWT
Akibat makanan yang haram selanjutnya adalah sulitnya menerima ilmu Allah SWT. Ilmu adalah cahaya, sedangkan cahaya tidak akan diberikan kepada ahli maksiat. Hatinya kotor karena terbiasa dengan yang haram sehingga sulit untuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT dan menerima nasihat maupun ilmu agama.
Referensi : Kajian sobat ngaji An-Nuur Citra Raya 16/02/2025 – Ustadz Kembar Tiga Hamanis