Ada luka dan kehilangan gagalnya ta’aruf – Ada luka yang tidak berdarah, tapi lebih menyakitkan daripada tertusuk pisau. Ada kehilangan yang tidak bisa dilihat mata, tapi terasa jelas di dada. Kadang bukan kehilangan orang yang paling berat tapi karena kehilangan harapan yang pernah dititipkan pada seseorang yang kamu sempat percayai. Lantas, adakah ruang untuk menyembuhkan luka dan kehilangan akibat gagal ta’aruf ? Simak artikel berikut ini, barangkali kamu hanya butuh istirahat sejenak untuk mulai langkah yang tepat kembali.
1) Gagal ta’aruf berkali-kali, apakah harus menyerah
Sebelum kamu menilai buruk tentang dirimu sendiri, ada baiknya tenangkan hati dan refleksikan diri untuk renungkan sejenak. Gagal ta’aruf itu bukan hanya soal dua orang yang tidak jadi bersama. Tapi soal hancurnya harapan yang sudah terlanjur sempat dipelihara sebelum waktunya. Tentang waktu yang sudah diluangkan. Tentang doa-doa yang sudah dipanjatkan. Dan tentang rasa malu karena sudah terlanjur menaruh percaya bahwa semua ini akan berhasil.
Tapi dari semua akibat kegagalan ta’aruf, mari tanyakan ulang pada dirimu sendiri. Benarkah ini kegagalan atau justru penyelamatan? Ingat fokus utama ta’aruf adalah untuk mengenali calon pasangan kamu yang hasil akhirnya bisa kemungkinan jadi bahkan tidak jadi.
Ta’aruf bukan ajang “siapa cepat, dia dapat”, ini adalah proses mencari ridho Allah, bukan sekedar mencari kenyamanan. Ketika akhirnya tidak jadi, itu bukan karena kamu tidak cukup baik. Bisa jadi Allah sedang menyelamatkanmu dari hubungan yang akan melemahkanmu di kemudian hari.
“Dan siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan menjadikan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaq: 2)
2) Ditinggal nikah bukan akhir dari segalanya
Kamu masih hidup di dunia, masih ada kesempatan untuk memperbanyak amal sholeh dan kebaikan untuk bekal akhirat yang kekal. Manusiawi jika ketika luka itu datang, kamu merasa sedih dan kecewa namun jangan sampai berlarut-larut.
Ada luka yang muncul bukan karena tidak memiliki, tapi karena sempat “hampir” memiliki. Kamu pernah dekat, pernah saling mendoakan, bahkan mungkin pernah menyusun rencana masa depan. Tapi dia malah menikah dengan orang lain. Hmmm, sakit iya, kecewa sangat wajar, tapi hancur tidak harus, ingat masih ada yang lebih baik diluar sana.
Pernikahan orang lain bukan ancaman bagi takdirmu. Kadang Allah menjauhkan seseorang bukan karena kamu tidak pantas memilikinya, tapi karena kamu terlalu berharga untuk diperlakukan seadanya. Menikah bukan ajang perlombaan, bukan siapa cepat dia menang. Ini tentang siapa yang sabar, dia tenang. Siapa yang ikhlas, dia menang banyak.
“Barangkali kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu…” (QS.Al-Baqarah:216)
3) Ketika semua orang terlihat lebih bahagia
Kita hidup pada zaman dimana kebahagiaan orang lain sering di tampakan di media sosial saat ini. Tapi apakah kebahagiaan yang tampak benar adanya atau hanya bahan konten semata? Tapi scroll di media sosial, rasanya semua orang punya kisah cinta yang sempurna. Lamaran yang indah, pasangan yang romantis, anak-anak yang lucu. Lalu kamu mulai membandingkan kehidupanmu dengan mereka.
Padahal yang terlihat hanyalah sorotan. Potongan terbaik dari kehidupan yang tetap penuh tantangan di balik layar. Kamu tidak terlambat, kamu sedang berproses. Kamu tidak tertinggal, kamu sedang dibentuk. Kamu juga tidak kurang, kamu hanya sedang dilatih untuk cukup dalam hubungan dengan Allah terlebih dahulu. Bahagia itu bukan soal pencapaian saja tapi tentang hati yang ridha dan tidak sibuk membandingkan.
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia berada dalam susah payah” (QS.Al-Balad:4)
4) Lukanya tidak terlihat tapi menyesakkan dada
Ada luka yang tidak bisa dilihat mata, tapi jelas terasa menyesakkan. Bisa jadi dari janji yang tidak ditepati, dari penantian yang tidak bisa dihargai. Atau bisa jadi dari seseorang yang datang terlalu dekat tapi pergi tanpa pamit.
Secara emosional, luka yang tidak disadari bisa mengendap menjadi trauma. Luka itu membuat kamu takut membuka hati lagi, mudah curiga, atau terus-menerus merasa tidak cukup. Dan semua itu valid, tidak ada yang salah dengan rasa lelah tersebut. Tapi kamu tidak harus memikul luka itu sendirian, karena Allah selalu bersamamu.
“Aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada Tuhanku.” (QS.Maryam:4)
Allah tidak menuntunmu untuk selalu kuat. Tapi Allah rindu saat kamu pulang dengan air mata. Maka rawat lukamu. Jangan diabaikan dan jangan juga dikutuk. Peluklah dirimu seutuhnya, karena kamu bukan hanya layak sembuh tapi juga layak bahagia. Semoga artikel ini bermanfaat.
Referensi : e-book “Saat jodoh tak kunjung tiba” by Ustadz Rizal Wahid