Tanda Allah SWT cinta kepada seorang hamba yang diberikan ujian – Ujian merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada setiap hambanya. Ujian yang diberikan dapat menaikan derajat seorang hamba dalam kehidupan. Seorang hamba yang beriman dan taat akan diberikan ujian sesuai dengan kemampuannya. Semakin besar ujiannya semakin besar pula balasan kebaikan yang Allah SWT telah siapkan untuk hambanya.
Lantas bagaimana kita tahu bahwa ujian tersebut adalah tanda Allah SWT cinta kepada kita atau ujian tersebut adalah balasan atas dosa-dosa kita. Berikut adalah tanda ujian yang diberikan kepada hambanya adalah karena Allah SWT cintai :
1) Ketika diberikan ujian ia tetap istiqomah di jalan-Nya
Tanda pertama bahwa Allah SWT cinta kepada seorang hamba yang diberikan ujian adalah hamba tersebut senantiasa istiqoman di jalan-Nya meskipun ada banyak ujian yang menerpanya. Setiap manusia pasti akan diuji dengan hartanya, hatinya, orang-orang terkasihnya dan apa yang dimilikinya. Hal ini juga ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 155 :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa semua manusia pasti akan diberikan ujian baik orang yang beriman maupun tidak. Dan pada ayat terakhir, Allah SWT menegaskan bahwa akan ada kabar gembira bagi orang yang sabar dan bertawakal berupa balasan kebaikan bagi hamba-Nya yang lulus ujian tersebut.
Bagi orang yang beriman, ia akan tetap istiqomah di jalan-Nya dengan menjalankan kewajiban dan sunnahnya. Orang yang di cintai Allah SWT akan senantiasa meminta pertolongan-Nya dan memohon ampun atas dosa-dosanya. Maka sangat disayangkan jika kita lalai dan berputus asa atas rahmat-Nya. Karena dunia adalah tempat untuk mempersiapkan bekal di akhirat maka akan diuji dimanapun dan kapanpun. Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 2-3 :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
2) Ketika diberikan ujian ia semakin dekat kepada Allah SWT
Tanda kedua bahwa Allah SWT cinta kepada seorang hamba yang diberikan ujian adalah hamba tersebut semakin dekat kepada Allah SWT. Semakin Allah SWT mencintai seorang hambanya, maka ujian yang diberikan padanya bisa semakin berat.
Karena ujian tersebut akan menaikkan derajat dan kemuliaannya di hadapan Allah SWT. Orang yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya. Seperti Nabi Ayub AS. Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar. Namun dari ujian tersebut, Allah SWT sudah siapkan kebaikan bersamanya, karena bersama kesulitan ada kemudahan. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Insyirah Ayat 5-6 :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari Kiamat” (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath Thabrani, dan Baihaqi).
Dalam riwayat At Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafadz sebagai berikut, ”Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya”.
Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah SWT bisa berbentuk musibah. Musibah yang ditimpakan Allah SWT kepada manusia dapat dilihat dari tiga perspektif. Yang pertama, sebagai bentuk ujian kepada seorang hamba yang dicintai-Nya. Kedua, sebagai tadzkirah atau peringatan dari Allah SWT kepada manusia atas dasar sifat Rahman-Nya. Ketiga, sebagai azab bagi orang-orang fasiqin, munafiqin, ataupun kafirin. Wallahu’alam bisawwaf