Orang yang suka flexing – Flexing adalah sebuah istilah merujuk pada sikap atau perbuatan seseorang yang menunjukkan kenikmatan duniawi atau memamerkan sesuatu yang dimiliki seseorang kepada orang lain yang tidak memilikinya. Flexing sangat berbahaya karena merujuk pada perbuatan sombong dan berbangga diri atas pencapaian duniawi. Orang yang suka flexing terhadap apa yang dimilikinya termasuk perbuatan tercela, sebagaimana celaan Allah Ta’ala di dalam Al-Quran,
وَفَرِحُواْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مَتَاعٌ
“Mereka berbangga dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. Ar-Ra’d: 26)
Dalam islam, perbuatan flexing kisahnya sama seperti Qorun, sebagaimana Allah ta’ala mengisahkan sebuah nasihat yang disampaikan oleh orang saleh dari kalangan Bani Israil kepada Qarun. Allah ta’ala juga berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Qarun sangat bangga dengan harta dan kemewahannya di depan masyarakat di sekitarnya,
لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
“(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. Al-Qashash: 76)
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Qashash: 78)
Sehingga, fenomena orang yang suka flexing di zaman saat ini merupakan sesuatu yang tercela dan buruk dalam syariat islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri melarang hal itu, dan memberikan ancaman yang keras,
مَنْ شَرِبَ وفي رواية: إنَّ الذي يَأكُل أو يَشرَب في إناءٍ من ذهبٍ أو فضةٍ، فإنما يُجَرْجِرُ في بطنه نارًا مِن جهنَّم
“Siapa yang minum (dalam sebuah riwayat: Sesungguhnya orang yang makan dan minum) di wadah yang terbuat dari emas atau perak, maka hakikatnya dia sedang menuangkan api neraka Jahanam ke dalam perutnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Allah ta’ala juga sangat tidak menyukai perbuatan flexing atau membanggakan diri sendiri istilah zaman sekarang orang yang suka pamer. Sebagaimana firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)
Orang-orang yang kesehariannya merasa lebih tinggi dengan status sosialnya dibandingkan orang lain, hidupnya tidak akan merasa tenang. Karena ia selalu merasa khawatir dan tidak puas dengan apa yang dimilikinya, sehingga ia melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya dan memamerkannya kepada orang lain. Ia kufur dengan kenikmatan dan kemewahan duniawi tersebut. Inilah hakikat pamer (flexing), yang semua ini kembali kepada hati setiap orang. Dan kita tidak tahu kondisi hati dan batin masing-masing orang yang melakukan flexing.
Apalah artinya mempunya kekayaan, namun tidak memiliki rasa empati untuk berbagi kepada sesama. Hatinya hanya dipenuhi dengan kekurangan serta kebencian terhadap nikmat orang lain. Hal ini menjadi fenomena saat ini, terlebih perbuatan flexing sebagian banyak dilakukan oleh orang-orang kaya, maka yang perlu diwaspadai dan ditakutkan adalah doa buruk dari mereka, misalnya masyarakat berdoa agar Allah ta’ala membinasakan dan menghancurkan hartanya. Apalagi jika harta tersebut dapat menyengsarakan orang lain seperti harta yang didapatkan dari mencuri, korupsi, hingga hasil gratifikasi negara.
Semoga artikel ini bermanfaat, dan bisa menjadi bahan renungan kita semua. Aamiin.