5 Sikap orang tua agar fitrah belajar anak tidak terkikis- Setiap manusia pada dasarnya memiliki fitrah pembelajar seumur hidupnya. Fitrah belajar ini dimulai sejak dilahirkan ke dunia. Mengapa demikian, karena Allah ta’ala memberikan potensi dan fitrah belajar. Maka tidak heran jika ada anak yang gemar bertanya, selalu ingin tahu banyak hal, serta suka mengeksplor banyak hal.
Fitrah belajar yang dititipkan dalam diri anak adalah sebuah potensi besar yang pilihannya ada pada orang tua apakah fitrah belajar tersebut akan bertumbuh atau terabaikan. Tentunya setiap orang tua ingin fitrah belajar anak tumbuh dengan subur dan menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi sekitarnya. Tak ada satupun orang tua yang menginginkan masa depan anaknya menjadi suram karena fitrah belajar anak yang terabaikan untuk diasah. Ada 5 sikap yang harus dihindari orang tua agar fitrah belajar anak tidak terkikis sebagai berikut :
1) Menganggap pertanyaan atau pernyataan anak adalah lelucon saja, tidak penting dan tidak serius ditanggapi.
Ketika orang tua mendapatkan pertanyaan dari anaknya terkadang orang tua sulit untuk menjawabnya, entah karena kesibukan, atau tidak mengetahui jawabannya, hingga membuat kondisi tidak nyaman, Sadarkah para orang tua jiika pertanyaan yang diajukan anak itu merupakan modal besar untuk belajar di fase berikutnya. Jika belum mengetahui jawabannya, boleh kok menunda jawabannya untuk mencari tahu terlebih dahulu.
2) Tidak ada atmosfer pembelajar dirumah
Seorang anak butuh atmosfer pembelajar dirumah, seperti ketersediaan buku, orang tua yang sedang berdiskusi dengan anak, orang tua juga gemar mencari tahu suatu hal. Dengan menghindari perbuatan yang sia-sia dan mengabaikan waktu dengan anak, karena anak merekam apa yang orang tua lakukan loh.
3) Tidak menghargai potensi unik yang dimiliki anak
Orang tua merasa bahwa anak harus pintar akademik. Anak harus menjadi juara dikelasnya, pintar berhitung, membaca, menggambar dan tampil percaya diri. Sehingga ketika anak tidak terlihat potensi ke arah sana, orang tua berusaha menjejali dengan berbagai cara. Padahal bisa jadi potensi unik anak justru pada hal lain.
4) Berpikir bahwa belajar hanya tentang calistung, duduk diam di sekolah
Pembalajaran terbaik bagi anak usia dini adalah belajar secara natural dimana anak dekat dengan kesehariannya, orang tua, dan dekat dengan alam. Anak tidak harus duduk diam baru dikatakan belajar, namun saat anak bersama ayah diluar, saat anak bersama ibu di dapur, saat naik transportasi umum, saat bermain merupakan sebuah proses belajar anak. Maka tugas orang adalah menghargai setiap hal yang dieksplorasi oleh anak dalam proses belajarnya.
5) Fokus pada materi tanpa melihat ketertarikan anak dalam belajar
Menjaga fitrah anak tidak hanya tentang inside out alias menjejali anak dengan materi. Apalagi dengan ekspektasi orang tua kepada anaknya untuk bisa hafal dan menguasi materi pelajaran. Namun bangunlah ketertarikan anak dalam belajar sehingga anak memiliki rasa ingin tahu.
Referensi : @namil_edufitrah