Nikmat syukur ditengah ujian yang datang – Bersyukur adalah salah satu ciri dari hamba-hamba mulia pilihan Allah. Terlebih lagi bersyukur dalam kondisi yang sulit tidaklah mudah diterapkan.
Namun sebagai seorang mukmin dan mukminah kita diperintahkan untuk mensyukuri nikmat-Nya, baik nikmat yang diharapkan maupun nikmat yang tidak diharapkan kedatangannya. Karena bisa jadi nikmat berupa ujian merupakan salah satu bentuk kasih sayangnya Allah kepada setiap hamba-Nya. Karena Allah akan menambahkan rizki kepada setiap hamba-Nya yang bersyukur, sebagaimana Allah berfirman:
ذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.’” (QS. Ibrahim : 7)
Dalam nasihat Al-Imam Ibnul Qayam meriwayatkan bahwa :
“Barang siapa yang tidak melihat nikmat Allah terhadap dirinya kecuali hanya berupa makanannya, pakaiannya, kesehatan badannya, dan status sosialnya. Maka ia tidak punya bagian dari ilmu yang akan membangunkannya dari keterlelapannya atas dunia. Ilmu yang akan memberikan cahaya kepada hatinya.” (Madarijus Salikin, 1/277)
Sering sekali kita membatasi nikmat Allah pada hal duniawi saja, sehingga kita gagal dalam memaknai dan menyikapinya. Kita lupa akan nikmat masih beriman dan beribadah kepada Allah, karena hanya fokus dengan ujian yang datang. Padahal nikmat islam, iman, dan hidayah itu jauh lebih tinggi daripada nikmat fisik dan materi yang ada di dunia fana ini. Sebagaimana Al-Imam Ibnul Qayam berkata : “Nikmat islam, iman, hidayah dan ibadah. Itulah seagung-agungnya kenikmatan.”
Dari meresapi perkataan dari Al-Imam Ibnul Qayam ini, seharusnya ini bisa menjadi motivasi kita untuk tetap bersyukur ditengah badai ujian yang datang. Untuk bersyukur ditengah ujian yang datang itu butuh ilmu, Abu ad-Darda berkata :
“Barang siapa yang tidak mengerti nikmat Allah terhadapnya, kecuali hanya berupa makanan dan minumannya pasti ilmunya sedikit. Dia akan tersiksa dan teradzab dengan konsep ini.” (Kitab asy-Syukr, hal.33)
Musibah yang melahirkan ibadah itu anugerah
Ketika kita dihadapkan dengan musibah yang begitu rumit sehingga membuat kita bangun tengah malam untuk tahajud, bukankah itu nikmat yang jauh lebih besar daripada musibah itu sendiri? Ketika Allah memberikan ujian yang dengannya membuat kita lebih dewasa dan matang dalam menyikapinya, bukankah itu nikmat yang perlu disyukuri?
Nikmat ini sering sekali dilupakan seperti Blind Spot yang menganggap nikmat materi lebih tinggi daripada nikmat ibadah, uang lebih tinggi dari amal shalih, dan harta lebih tinggi dari ilmu. Bukankah semua yang ada didunia ini akan ditinggalkan? sebagaimana setiap manusia akan meninggal pada waktu yang telah Allah tetapkan. Kita terlalu fokus dengan kenikmatan duniawi saja sehingga sering sekali lalai dengan nikmat akhirat yang akan jadi bekal abadi. Sehingga ketika kenikmatan duniawi tersebut belum Allah berikan, kita merasa tersiksa.
Obat Anti Galau
Poin pentingnya adalah apa yang ada di dunia ini hanya sementara, apa yang kita cintai akan pergi meninggalkan kita, yang kita miliki akan hilang, dan apa yang kita agungkan (harta, uang, tahta, wanita) tidak akan ada arti di akhirat nanti. Kegalauan bukan karena masalah, tapi karena kurangnya ilmu. Ilmulah yang membuat kita tahu kenikmatan tertinggi yang sebenarnya.
Dunia itu turun-naik yang bikin galau, berbeda dengan ibadah yang bisa dilakukan kapan saja. Saat kaya, kita bersukur. Saat miskin kita bersabar dan kemampuan bersabar adalah nikmat yang pelu disyukuri. Semoga artikel ini bermanfaat.
Referensi : Rangkuman Kajian No.23-Muhammad Nurul Dzikri