Mengambil keputusan yang tepat – Sadar atau tidak setiap waktunya kita selalu mengambil keputusan. Karena hidup berjalan berkisar seputar respon yang perlu kita ambil. Pagi hari kita sudah mengambil keputusan untuk bangun sholat subuh atau melanjutkan tidur kembali.
Siang harinya, ketika berangkat kerja dan bertemu dengan lampu merah kita mengambil keputusan untuk berhenti mematuhi perintah atau melanjutkan perjalanan melanggar aturan sebab takut terlambat masuk kerja.
Inilah mengapa hidup berkisar tentang bagaimana respon kita dalam mengambil keputusan. Apakah kita memilih tindakan-tindakan tepat yang memberi faedah pada urusan dunia dan akhirat atau malah sebaliknya.
Dalam artian, kita diuji hampir setiap waktu dengan keputusan yang kita ambil. Dan apakah keputusan itu mengantarkan kita pada ridho dan pahala dari-Nya atau keputusan yang kita ambil menjadikan diri kita merugi dan berdosa.
Bahkan tanpa kita sadari, setiap waktu kita sholat selalu meminta keputusan yang tepat menurut-Nya pada surah Al-Fatihah ayat 6, “Tunjukkanlah kepada diriku jalan yang lurus”. Ayat ini mengingatkan kita bahwa jalan yang lurus adalah keputusan-keputusan yang membantu kita meluruskan pribadi dan selamat dari hal yang memudharatkan diri.
Itulah keindahan dari agama islam yang selalu menunjukkan jalan terhadap ujian yang kita lalui. Dan kita berharap Allah ta’ala akan selalu memandu kita mengambil keputusan dalam hidup kita dengan keridhoan-Nya.
Oleh sebab itu, sebagai seorang mukmin kita diajarkan untuk selalu menumbuhkan harapan dan berdoa kepada Allah ta’ala memohon bimbingan dijalan yang benar dan diberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah.
Sebagaimana para pemuda Ashabul Kahfi yang selalu berdoa dengan penuh keyakinan kepada Allah ta’ala.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةٗ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدٗا
“Wahai Tuhan kami! karuniakanlah kami rahmat dari sisi-Mu dan berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami.” (QS. Al-Kahfi-10)
Apa yang mereka (pemuda Ashabul Kahfi) minta kepada Allah ta’ala dalam doanya? Yakni mereka meminta supaya Allah ta’ala memberikan rahmat dan rasyada. Rahmat adalah kasih sayang yang tiada batasnya, karena apabila Allah ta’ala sudah sayang pastinya Dia akan peduli dengannya dan tidak akan meninggalkan hambanya sendirian.
Kedua, mereka (pemuda Ashabul Kahfi) meminta rasyada. Rasyada disini memiliki makna yang dekat dengan hidayah. Keduanya merujuk pada petunjuk jalan keluar dan bimbingan. Namun, yang membedakan adalah rasyada itu bimbingan yang tidak akan pernah putus yang bertujuan untuk diberikan keselamatan dunia dan akhirat.
Sebagian kita mungkin pernah dengar khualafa’ Ar-Rasyidin yakni gelaran yang merujuk pada empat sahabat besar yang menggantikan Nabi setelah beliau meninggal dan memimpin umat islam pada masa itu. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali RA).
Dimana Allah ta’ala menganugrahkan pemimpin-pemimpin yang menjadi figure sepanjang sejarah dalam memutuskan perkara-perkara yang menyelamatkan ummat, dunia dan akhirat. Merekalah pemimpin yang terpilih Allah ta’ala karena ketakwaan serta keimanannya yang tidak pernah luput berdoa memohon petunjuk kebaikan kepada Allah ta’ala.
Tidak ada yang lebih indah melainkan Allah ta’ala selalu menjaga dan melindungi diri kita dari perkara-perkara buruk dunia dan akhirat. Dan itulah permintaan para pemuda Ashabul Kahfi, supaya Allah ta’ala memandu mereka untuk mengambil keputusan yang tepat dan menyelamatkan mereka dari perburuan orang-orang kafir.
Salah satu bentuk kasih sayang Allah ta’ala kepada kita adalah diberikannya rasa tenang ketika menghadapi masalah hidup dan dibimbingnya untuk mengambil keputusan yang tepat dan menyelamatkan. Wa’allahu’alam bisawaf, semoga artikel ini bermanfaat.