Kunci menerima takdir Allah SWT – Setiap manusia memiliki takdir yang sudah Allah SWT tetapkan jalannya baik berupa takdir yang baik maupun buruk. Namun sering kali kita merasa risau apabila takdir buruk menimpa kita. Tak hanya itu, kita juga sering kali merasa risau apabila tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan.
Lantas bagaimana kita menerima setiap takdir yang sudah Allah SWT tetapkan kepada diri kita? Berikut penjelasannya :
Beriman kepada takdir Allah SWT (Apa yang Allah SWT tetapkan baik untuk kehidupan kita)
Kunci pertama dalam menerima takdir Allah SWT adalah dengan beriman dan mempercayai setiap takdir yang Allah SWT sudah tetapkan. Sebagaimana rukun iman keenam tentang iman kepada Qada dan Qadar.
Pada dasarnya setiap takdir yang Allah SWT tetapkan bagi setiap hambanya semuanya baik. Namun, terkadang kita di hadapkan dengan takdir yang baik maupun buruk. Sesungguhnya Allah SWT mengetahui bahwa sesuatu akan terjadi sebelum terjadinya sesuatu tersebut.
Allah SWT memiliki sifat Al-‘Alim yang sempurna, tidak diawali dengan tidak tahu, tidak ada akhirnya, serta tidak diiringi lupa. Dengan kesempurnaan-Nya, sesungguhnya Allah SWT lebih mengetahui apa yang dibutuhkan setiap hamba-Nya karena pandangan dan ilmu-Nya yang tidak terbatas.
Maka tugas kita sebagai seorang hamba adalah terus meminta pertolongan Allah SWT untuk bisa melalui setiap takdir-Nya dalam kehidupan kita. Hendaknya seorang mukmin juga meyakini bahwa Allah SWT telah mengetahui hal yang terbaik bagi hamba-Nya. Dia-lah yang telah menciptakan hamba-Nya, sehingga Dia yang paling mengerti tentang hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).” (QS. Al-An’am: 59)
Meminta Kelapangan Hati kepada Allah SWT (Hati yang lapang mudah menerima takdir Allah SWT)
Kunci kedua dalam menerima takdir Allah SWT adalah dengan meminta untuk di lapangkan hati supaya mudah menerima setiap takdir yang sudah Allah SWT tetapkan. Seorang mukmin yang beriman ia akan senantiasa bertawakal dalam menerima setiap takdir Allah SWT.
Ia yakin bahwa setiap hal baik yang ia peroleh semata-mata nikmat dari Allah SWT, sehingga ia terhindar dari sifat sombong. Seorang mukmin juga akan tenang ketika menerima takdir yang buruk. Ia akan meyakini bahwa hal buruk yang ia peroleh mengandung hikmah di dalamnya, sehingga akan terlepas dari rasa kegundahan dan kesulitan.
Bertawakal, adalah menyandarkan hati kepada Allah SWT semata. Bertawakal dalam masalah dunia bukan berarti berdiam diri dalam mencari rezeki. Namun ia tetap berusaha untuk menjemput rezeki Allah SWT dengan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT semata.
Allah SWT telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya. Maka, tak perlu risau dengan rezeki, tak perlu berlebihan dalam mengejar dunia hingga lalai akan akhirat.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Fokuskanlah pikiran Anda untuk bisa mengerjakan segala yang diperintahkan kepada Anda, jangan sibukkan ia dengan urusan rezeki dan ajal; karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah pasti akan menyertai hidup Anda. Selama Anda masih hidup, rezeki pasti datang menyapa. Apabila Allah, dengan hikmah-Nya, menutup satu pintu rezeki niscaya Dia akan membukakan bagi Anda, dengan rahmat-Nya, pintu rezeki lain yang lebih bermanfaat dari pintu sebelumnya.”
Tetaplah Berusaha dalam Menjalani Takdir Allah SWT
Kunci ketiga dalam menerima takdir Allah SWT adalah dengan tetap berusaha dalam menjalani takdir-Nya, dengan tidak bermalas-malasan dan pasrah terhadap takdir sepenuhnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi, hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan ‘law’ (seandainya) dapat membuka pintu setan.” (HR. Muslim no. 2664)
Meskipun ketika sudah berusaha kuat dalam meraihnya, namun tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Hendaknya kita tidak risau, yakinlah bahwa Allah SWT sudah mempersiapkan hal yang terbaik dalam hidup kita.
Sekuat apapun usaha yang dilakukan seorang hamba, apabila Allah SWT tidak menghendakinya untuk terjadi, maka tidak akan terjadi. Usaha yang sudah kita lakukan dapat terjadi hanya jika Allah SWT menghendakinya.
Sebagai contoh, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak hangus ketika dibakar oleh api yang besar. Api yang besar tidak berpengaruh karena Allah menghendakinya menjadi dingin.
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
“Kami berfirman: ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi sebab keselamatanlah bagi Ibrahim’.” (QS. Al-Anbiya`: 69)
Demikianlah, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisawwaf.