Bahaya Punya Sifat Malas Jika Dibiarkan

Bahaya punya sifat malas jika dibiarkan – Setiap muslim dianjurkan untuk memerangi dirinya dari sifat malas. Karena sifat ini sangat melekat pada diri setiap manusia. Jika dibiarkan, sifat malas ini akan jadi penyakit yang dapat mempengaruhi hidup kita. Sifat malas dapat membuat seseorang enggan melakukan berbagai aktivitas, seperti bekerja, beribadah, menuntut ilmu, dan sebagainya.

Malas bekerja, akan menjadikan diri kita jauh dari rezeki. Malas beribadah, menjauhkan diri dari pahala dan surga Allah SWT. Malas menuntut ilmu dan belajar agama, akan menjatuhkan diri kita pada jurang kebodohan dan kemaksiatan. Padahal setiap aktivitas baik yang kita lakukan akan bernilai ibadah jika dilakukan karena Allah SWT. Itulah mengapa sifat malas sangat tidak dianjurkan dalam islam, karena orang-orang yang malas sama saja membuang-buang waktu dengan sia-sia. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Q.S Al-Asr: 1-3)

Orang-orang yang memelihara kemalasan akan banyak mendapatkan mudharatnya, ia rugi dalam waktu, tidak berkembang, dan hidupnya menjadi sia-sia. Alangkah beruntungnya menjadi manusia yang produktif dalam kebaikan, karena dalam menjalani hidupnya ia punya tujuan (visioner) yang jelas dan teraarah sehingga mampu berkembang ditengah era modern ini.

Bahkan sifat malas ini tidak ada pada diri Rasulullah SAW. Beliau selalu menjalankan hidupnya dengan disiplin dan terarah dalam mempergunakan waktunya menjadi seorang manusia yang produktif. Rasulullah SWT selalu mempergunakan waktunya pada kebaikan, beliau membagi waktunya untuk dipergunakan menjadi tiga bagian :

Waktu untuk Allah SWT (Haqqullah)

Ini adalah yang paling utama. Dalam waktu ini, fokus akan diarahkan pada ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, serta ibadah sunnah seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa. Ini adalah momen untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.

Waktu untuk Diri Sendiri (Haqqul Nafs)

Waktu ini digunakan untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional. Rasulullah SAW menekankan pentingnya tidur yang cukup, makan makanan bergizi, dan berolahraga. Selain itu, waktu ini juga mencakup aktivitas yang memberikan relaksasi dan kebahagiaan, seperti hobi atau menikmati alam.

Waktu untuk Orang Lain (Haqqul Ibad)

Waktu ini ditujukan untuk berinteraksi dan memberi manfaat kepada sesama. Rasulullah SAW mendorong seseorang untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, dan masyarakat, serta aktif dalam kegiatan sosial.

Itu sebabanya Rasulullah SAW sebagai suri tauladan bagi umat islam dengan tidak memelihara sifat malas tersebut. Kemalasan akan membuat kita cenderung tidak produktif  dan memberikan dampak negatif kepada diri sendiri. Dengan berdoa kepada Allah supaya terhindar dari sifat malas dalam diri kita. Sebagaimana Rasulullah SAW yang berdoa agar terhindar dari sifat malas sebagai berikut:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, tindihan hutang dan penindasan orang.” (HR. Bukhari)

Mari kita mulai mengatur waktu kita sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW agar waktu kita tidak terbuang sia-sia. Serta jangan lupa, salah satu memohon pertolongan Allah SWT dan berdoa agar senantiasa istiqomah dalam menjalankannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *