Pada saat manusia beranjak dewasa dan matang akalnya, sadar atau tidak kita akan menghadapi beberapa pertanyaan mendasar dalam memaknai kehidupan. Kita juga mulai bertanya-tanya tentang keberadaan kita di dunia. Jika pertanyaan ini terjawab maka kita akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan hidup yang kemudian kita akan berjalan di dunia dengan landasan tersebut.
Dalam islam pertanyaan ini di kenal dengan nama uqdah al-kubra atau simpulan besar. Segala hal yang dapat di jangkau oleh akal manusia dan tidak lepas dari : (1) alam semesta (al-kawn) ; (2) manusia (al-insan) ; (3), kehidupan (al-hayah). Berikut adalah tiga pertanyaan mendasar dalam memaknai hidup :
Dari Manakah Manusia dan Kehidupan Ini ?
Seiring berjalannya waktu, setiap manusia akan berusaha untuk mencari jawaban yang menyangkut pandangan dan tujuan hidupnya termasuk dari mana asal mereka. Ada suatu kaum yang menjawab bahwa kehidupan dunia ini ada dengan sendirinya; manusia berasal dari tanah/material dan akan kembali lagi dengan bentuk serupa; manusia hidup untuk mencari kebahagiaan materi selama ia mampu hidup. Dengan jawaban tersebut, mereka mulai membuat standar dengan aturan yang di buat sendiri.
Ada juga suatu kaum yang percaya bahwa di balik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta (Al-Khaliq) yang menciptakan seluruh alam semesta, termasuk dirinya, yang memberikan amanah kehidupan kepada manusia, dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini serta akan di hisab perbuatannya selama di dunia. Dengan jawaban tersebut mereka yang meyakini adanya sang pencipta akan hidup sesuai dengan standar dan aturan pencipta-Nya.
Dalam islam kita meyakini adanya Sang Pencipta (Al-Khaliq) yang ada di balik kehidupan seluruh alam semesta ini. Al-Khaliq itu bersifat azali dan wajib al-wujud (wajib/pasti adanya) serta mutlak keberadaanya. Dialah Allah SWT. Manusia itu terbatas dan bersifat lemah, tidak semua hal bisa di jangkau oleh pemikiran manusia. Akal tidak mampu untuk memahami Zat Allah dan hakikat-Nya karena Allah berada di luar ketiga unsur pokok alami yang dapat diindera manusia (alam semesta, manusia, dan kehidupan)
Maka dalam memaknai kehidupan dari mana kita berasal adalah dengan melihat tanda-tanda kekuasaannya berdasarkan jangkauan panca indera. Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 164 Allah berfirman :
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”
Untuk Apa Manusia dan Kehidupan Ini ?
Pertanyaan ini akan muncul ketika kita mulai mempertanyakan eksistensi kita di dunia. Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada? Allah SWT tidak menciptakan manusia dan kehidupan yang ada di dalam alam semesta ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Az-Zariyat ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
Oleh karena itu, tugas kita di dunia adalah untuk taat, yaitu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Apa yang sudah kita miliki selama ini adalah amanah yang Allah berikan untuk kita gunakan sebaik-baiknya sebagai seorang khalifah atau pemimpin dan penjaga bumi. Contoh beribadah kepada Allah adalah dengan mengajak kepada kebaikan dan bermanfaat bagi sesama, menjalankan sholat lima waktu, berpuasa, zakat, dan lain sebagainya.
Akan Kemana Manusia dan Kehidupan Setelahnya ?
Allah berfirman dalam surah An-Nur ayat 42 :
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
“ Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk).”
Jelas dalam ayat ini Allah menyeru kepada setiap manusia dan makhluk hidup lainnya, bahwa apa yang ada di dalam kehidupan seluruh alam semesta ini akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah SWT. Lalu akan ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi setelah dunia ini yaitu akhirat (tujuan akhir kita setelah di dunia).
Setelah seluruh kehidupan yang ada dalam alam semesta dan isinya berakhir atau di sebut dengan hari penghancuran (Hari kiamat) lalu Allah SWT akan membangkitkan kembali. Kemudian Allah akan menghisab semua perbuatan manusia di dunia untuk kemudian di pertanggung jawabkan. sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 47 :
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”
Jika manusia itu taat menjalankan perintah Allah SWT, maka balasan pahala yang akan kita dapatkan untuk menuju ke surga (tempat idaman dan penuh kebaikan bagi seluruh umat manusia). Sebaliknya jika kita menjalankan apa yang di larang Allah SWT, maka balasan dosa yang akan kita dapatkan menuju ke neraka (tempat yang tidak di inginkan dan penuh dengan keburukan seluruh umat manusia).