Nikmatnya hati yang lapang terhadap takdir-Nya – Setiap orang pernah merasakan kesedihan dan kegundahan hati ketika berhadapan dengan hal yang tidak diharapkan. Hal tersebut dapat membuat hati menjadi sempit karena banyak urusan dunia yang dipikirkan sedangkan akhirat menjadi terbengkalai. Sehingga tidak bersemangat untuk beraktivitas dan beramal kebaikan. Oleh karena itu, sempitnya hati adalah musibah yang paling besar dialami oleh seorang hamba.
Lain halnya dengan orang yang memiliki hati yang lapang terhadap takdir-Nya. Ia akan merasakan nikmatnya ketenangan, kedamaian, dan terjaganya hati dari berbagai kotoran. Hati pun akan merasa bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Dengan hati yang lapang dapat terhindar dari kegalauan, keresahan, dan kegelisahan, sehingga seseorang akan mudah meraih kemaslahatan dunia dan akhirat serta mudah melakukan amal kebajikan.
Sebagaimana Nabi Musa yang meminta pertolongan kepada Allah SWT untuk diberikan kekuatan hati yang lapang menyebarkan dakwah kepada Fir’aun dan pengikutnya.
“Musa mengucapkan doa, “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku.” (QS. Thaha: 25-26)
Allah SWT juga menjelaskan suatu nikmat yang besar yaitu hati yang lapang yang telah didapatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam,
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. As-Syarh: 1)
Lapangnya hati adalah sebab yang terbesar seseorang dapat mendapatkan hidayah. Dan sebaliknya, sempitnya hati adalah sebab tersesatnya seorang manusia. (Lihat Syifa’ Al-‘Alil, 1: 351; karya Ibnul Qayyim)
Adapun untuk memperoleh nikmatnya hati yang lapang dalam menerima takdir-Nya adalah sebagai berikut :
Pertama, Nikmatnya hati yang lapang didapatkan karena taufik dari Allah SWT dan pertolongan-Nya untuk mendapatkan kelapangan hati.
Kedua, Nikmatnya hati yang lapang tidak mungkin didapatkan kecuali dengan menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT dan istiqomah dalam mengamalkan ajaran Islam.
Mudah sekali bagi Allah SWT untuk membolak-balik hati manusia kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kehendak-Nya. Segala hal yang Allah SWT kehendaki, pasti akan terjadi. Sebaliknya, segala hal yang tidak Allah SWT kehendaki, pasti tidak akan pernah terjadi. Allah SWT berfirman,
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Siapa saja yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125)
Allah SWT juga berfirman,
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 22)
Sungguh memiliki hati yang lapang adalah nikmat terbesar yang Allah SWT anugerahkan kepada hamba yang di kehendaki-Nya. Karenanya untuk mendapatkan hati yang lapang kita harus ridho terhadap takdir-Nya dan taat terhadap perintah-Nya sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui.