Menyederhanakan Hati

Menyederhanakan Hati – Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Semua orang seolah saling berlomba dengan ketidakpastian dalam hidupnya. Alhasil, hati dan pikiran kita ada di mana-mana sedangkan raga kita ada pada saat ini. Seiring berjalannya waktu, kita hanya berfokus pada ketidakpastian sehingga kita tidak benar-benar menikmati aktivitas yang sedang dilalui. Boleh jadi, di saat yang sama pikiran kita disandera oleh penyesalan masa lalu, atau dipenuhi kecemasan akan masa depan baik mengenai nasib diri, keluarga, hingga prediksi standar sosial dan ekonomi beberapa tahun ke depan.

Rasanya hidup berjalan seperti autopilot yang bergerak sendiri tanpa ada yang mengemudi. Seakan kita di gerakkan oleh waktu hingga makna dalam hidup terlewat begitu saja. Akibatnya kita sering berasa lelah fisik maupun jiwa karena menjalani rutinitas tanpa menikmatinya. Supaya bisa menikmati aktivitas kita, langkah pertama adalah dengan menyederhanakan hati, berikut penjelasannya:

Menata hidup dengan menyederhanakan hati

Kita tidak pernah tahu bagaimana hidup kita, dengan siapa kita bertemu, dan apa yang akan terjadi dalam hidup. Satu hal yang pasti adalah kita berjalan sesuai dengan rencana-Nya. Maka yang perlu kita lakukan adalah mulai menata hidup dengan menyederhanakan hati, supaya hidup kita tidak terus di kendalikan dunia yang fana ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ آنِيَةً مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ ، وَآنِيَةُ رَبِّكُمْ قُلُوبُ عِبَادِهِ الصَّالِحِينَ , وَأَحَبُّهَا إِلَيْهِ أَلْيَنُهَا وَأَرَقُّهَا

Sesungguhnya Allah mempunyai bejana-bejana di atas muka bumi, dan bejana-bejana Tuhan kalian adalah hati-hati hamba-hamba-Nya yang saleh, dan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling halus dan yang paling lembut.” [1]

Mulai merenung dan bicara pada diri sendiri, luangkan waktu bersama dirimu hingga hati menjadi lapang bisa di rasakan. Buang semua keluh kesah tentang masalah yang dihadapi serta lepaskan semua ke khawatiran tentang masa depan. Curahkan semua keluh kesahmu kepada Allah ta’ala yang Maha Kuasa untuk di berikan petunjuk terbaik.

Menerima setiap prosesnya

Jika kita sudah bisa menyederhanakan hidup, langkah selanjutnya adalah menerima setiap prosesnya dengan hati yang lapang. Sebagaimana Allah ta’ala tidak akan memberikan sebuah ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya (QS. Al-Baqarah: 286). Dengan menerima hati kita menjadi tenang dan seiring berjalannya waktu kita mulai bisa menikmati hidup dengan bahagia.

Karena selama ini, kita sering sekali memasang standar maksimal hingga lupa untuk menentukan batas minimal. Hati kita sering disibukkan dengan angan yang tinggi, namun sering kali kita lupa menyiapkan hati kalau-kalau cita-cita itu tidak terpenuhi. Sejak saat itu, kita mulai lelah dan kalah, diperbudak oleh ekspektasi diri sendiri. Kita lupa kapan terakhir kali menikmati hari-hari yang sedang dijalani, karena terus memandang ke arah angan yang entah kapan dapat benar-benar kita rasakan.

Melihat hal ini, maka pentingnya peran qana’ah. Imam Suyuthi rahimahullah memaknai qana’ah dengan sebuah ungkapan yang indah,

ترك التشوف إلى المفقود، والاستغناء بالموجود

“Meninggalkan hasrat pada hal yang tiada, dan merasa cukup dengan yang ada.” [2]

Qana’ah dapat membantu kita untuk menyederhanakan hati dalam menilai arti kebahagiaan. Hingga kita bisa merasa cukup dengan apa yang saat ini ada. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia paling bijak sepanjang sejarah, dalam menilai standar kebahagiaan. Beliau bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya, diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.”[3]

Semoga bermanfaat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *