Menomorsatukan Allah Dalam Hidup Kita

Menomorsatukan Allah dalam hidup kita- Ketika kita membuat keputusan seringkali menuruti hawa nafsu. Bahkan keputusan yang kita ambil seringnya mengikuti keinginan dalam diri dibandingkan kebutuhan. Hingga kita lupa bahwa ada yang lebih penting dari itu yaitu kebutuhan akhirat. Orang yang menomorduakan cintanya kepada Allah, terkadang hidupnya kesulitan. Bukan karena Allah tidak sayang kepada hambanya. Tapi karena Allah ingin menguji siapa-siapa yang bertahan dalam iman dan siapa saja yang menuruti hawa nafsunya. Karena Allah akan mengangkat derajat bagi hamba-Nya bertahan dalam sabar dan syukur meskipun diterpa berbagai ujian.

Pola yang Allah tetapkan pada setiap hamba-Nya tidak akan pernah berubah. Setiap orang yang mencintai seseorang baik cinta kepada hartanya, orang tuanya, anaknya, pasangannya yang melebihi cintanya kepada Allah hanya tinggal menunggu waktu perpisahan. Mengapa demikian? karena tidak ada yang abadi di dunia yang fana ini. Ibarat seseorang yang memberikan pinjaman kepada orang lain dengan maksud menolong orang tersebut. Lalu yang meminjamkan meminta kembali uangnya ke si peminjam apakah salah jika ia tagih uangnya? Tentu tidak bukan, karena uang tersebut memang milik si orang yang meminjamkan.

Sama halnya hidup, kita hidup di dunia hanya sementara bahkan tidak terasa usia kita berkurang dari masa ke masa. Namun sampai detik ini, kita masih yakin kalau besok masih bisa hidup dan menuruti hawa nafsu kita? Padahal kematian itu pasti kapan dan dimananya Allah sudah menentukan. Dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa dunia ini memang tempatnya ujian.

Kita akan dihadapkan dengan berbagai masalah yang membuat kita ingin menyerah. Bahkan perkataan orang lain yang tanpa disadari dapat melukai hati kita, inipun salah satu bentuk ujian hati. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk mencintai, mengagumi, bahkan memberikan kebaikan kepada orang lain sewajarnya saja. Karena menomorsatukan cinta kepada Allah tidak akan pernah membuat kecewa.

Allah berfirman dalam QS. Thafa ayat 124 “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Tentu setiap kita pasti menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat bukan? Tapi kenapa ada sebagian orang yang suka berbuat maksiat, korupsi, lalai dari penrintah Allah hidupnya terlihat baik-baik saja?

Ini yang perlu dipahami, mungkin hidupnya enak-enak saja saat ini tapi bisa jadi itu merupakan istidraj. Istidraj adalah kenikmatan yang Allah berikan kepada pelaku maksiat bukan sebagai tanda kasih sayang tapi sebagai penangguhan azab.

Yang perlu kita ingat adalah apa yang jadi parameter kita dalam menjalani hidup ? apakah menuruti hawa nafsu untuk kepentingan kita atau menggunakan cinta kita kepada Allah. Karena hanya dengan menomorsatukan cinta Allah dalam hidup kita, maka semua yang kita jalani dan hadapi akan baik-baik saja. Semoga artikel ini bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *