Kewajiban saat menghadapi ujian – Dalam hidup kita pasti dihadapkan dengan ujian dan musibah. Ujian tersebut bisa berupa sesuatu yang kita miliki, cintai, bahkan keinginan kita sendiri. Karena sejatinya dunia ini adalah tempatnya ujian, tempat singgah sementara untuk kita menyiapkan bekal ke tujuan abadi. Maka pada saat ujian itu datang kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah menerima dan menjalankannya.
Ada tujuan dibalik ujian hidup
Tidak semua ujian mengarahkan kita pada keburukan, bisa jadi apa yang kita tidak inginkan adalah bentuk kecintaan Allah SWT kepada hambanya. Dengan adanya ujian menjadi perantara penghapus dosa-dosa kita. Selain itu, ujian juga bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak mngulangi kesalahan sebelumnya. Kewajiban kita jika dihadapkan dengan ujian hidup adalah bersabar dan menyerahkan ketetapan, perintah, serta larangan Allah SWT. Syaikh Shalih Alu Syaikh berkata:
” Kalau kita sedang ada masalah dan ujian, hal yang harus dilakukan adalah bertanya pada diri sendiri. Apa yang Allah SWT inginkan dari saya saat ini?”
Ketika kita bertanya dengan prasangka buruk yang cenderung menyalahkan kondisi, pertanyaan tersebut bisa membuat diri kita semakin terpuruk. Pertanyaan salah yang sebaiknya kita hindari saat menghadapi ujian seperti: “Kenapa hal ini terjadi kepadaku ya Allah?”.
Ingat hakikat kita di dunia adalah sebagai seorang hamba yang menjalankan tugas sementara di dunia ini dan akhirnya akan kembali kepada-Nya. Kita tidak boleh menggugat Allah SWT, semakin kita menyalahkan keadaan semakin sesak pula kita dalam menjalani hidup. Semakin kita jauh dari Allah SWT, semakin jauh juga pertolongan Allah SWT kepada kita.
Kita yang akan ditanya Allah SWT bukan Allah SWT yang kita tanya!
Allah SWT berfirman, “Allah tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya:23)
Kewajiban kedua ketika menghadapi ujian hidup adalah jawaban apa yang kita siapkan ketika Allah bertanya dihari kiamat. “Apa respon anda ketika diuji masalah ini?”. Ada dua ketetapan yang harus kita serahkan kepada Allah SWT: Pertama (Kauni) menerima apa yang sudah menjadi keputusan Allah untuk kita, kedua (Syar’i) melakukan apa perintah dan larangan Allah ketika kita diuji dengan sebuah masalah. Jadi ketika ujian itu datang bukan hanya menyerah. Kita juga wajib mengetahui apa yang harus dilakukan ketika ada musibah.
Manusia seringnya terburu-buru!
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar” (QS. Al-Baqarah:155)
Dari ayat ini kita belajar bahwa setiap manusia pasti akan diuji, ujian bukanlah sebuah kemungkinan. Namun kabar gembira dari Allah SWT, ini juga menunjukan bahwa akhirnya kita pasti akan ditunjukan solusinya dan bahagia setelah melewatinya asalkan kita mau bersabar dulu.
Kita Milik Allah SWT!
Apa yang ada dilangit dan bumi termasuk diri kita adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Allah berfirman dalam surah berikut :
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ١٥٦
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali)” (QS. Al-Baqarah: 156)
Kewajiban kita selanjutnya dalam menghadapi ujian hidup adalah menyadari bahwa semua akan berakhir dan kembali kepada zat yang menciptakannya. Itu adalah kalimat penyerahan diri bahwa kita milik Allah SWT. Orang yang menyakini bahwa dirinya milik Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT, dialah yang mampu bersabar. Masalahnya sadar atau tidak kita sering merasa memiliki atas apa yang ada saat ini. Sehingga lisan berucan namun hati tidak selaras karena rasa kepemilikan tersebut.
Sampai kapan kita bersabar?
Tidak ada batasan sampai kapan namun selama kita meyakini bahwa ada hal baik dibalik ujian disitulah pahala sabar Allah SWT berikan kepada hambanya yang mau dan mampu. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Pertanyaan “sampai kapan?” itu adalah urusan Allah SWT. Tugas dan kewajiban kita seorang hamba saat menghadapi ujian hidup adalah hanya menjalankannya dan meminta untuk dimampukan dalam menghadapinya. Bersabarlah karena bersama kesulitan ada kemudahan yang Allah SWT janjikan bagi orang-orang yang sabar dan tawakal. Semoga artikel ini bermanfaat.