Jangan pelit! Inilah Dua sifat pelit yang tercela – Ketika kita berbicara tentang kata pelit, pasti identik dengan harta. Padahal sifat pelit tidak hanya seputar harta saja, namun ada hal lainnya. Semua sifat pelit ini adalah sifat tercela yang harus kita jauhi. Allah SWT berfirman dalam ayat Al-Qur’an berikut :
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Dalam riwayat yang lain menyebutkan,
لا يدخل الجنة خِبٌّ ولا بخيل ولا منان
“Seorang penipu tidak akan masuk surga. Demikian pula, orang yang kikir dan orang yang mengungkit-ungkit pemberian.” (HR. Tirmidzi)
Secara garis besar, sifat pelit terbagi menjadi dua, yaitu pelit kepada diri sendiri dan pelit kepada orang lain (dalam hal harta, ilmu, dan kedudukan).
1) Pelit Kepada Diri Sendiri
Sifat pelit merupakan sifat yang tercela dan merusak bagi diri sendiri. Hal ini juga di sebutkan dalam riwayat Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah berikut,
ﻭﺃﺷﺪ ﺩﺭﺟﺎﺕ ﺍﻟﺒﺨﻞ ﺃﻥ ﻳﺒﺨﻞ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻊ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ، ﻓﻜﻢ ﻣﻦ ﺑﺨﻴﻞٍ ﻳﻤﺴﻚ ﺍﻟﻤﺎﻝ، ﻭﻳﻤﺮﺽ ﻓﻼ ﻳﺘﺪﺍﻭﻯ، ﻭﻳﺸﺘﻬﻲ ﺍﻟﺸﻬﻮﺓ ﻓﻴﻤﻨﻌﻪ ﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﺒﺨﻞ
“Derajat pelit yang paling parah adalah pelit terhadap diri sendiri, padahal ia sedang membutuhkan. Betapa banyak manusia yang menahan hartanya (tidak dibelanjakan), semisal ketika sakit ia tidak berobat. Ia sedang berhajat (punya kebutuhan) terhadap sesuatu, tetapi ia tahan karena pelit.” (Lihat Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, hal. 205)
Sesungguhnya Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang dermawan dan tidak pelit. Allah SWT memberikan nikmat dan rezeki bagi setiap hamba-Nya untuk dapat digunakan sebaik-baiknya termasuk tidak pelit terhadap diri sendiri.
Allah SWT menyukai jika hamba-Nya tidak pelit dan menampakkan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya tersebut pada dirinya, baik dalam bentuk pakaian, tempat tinggal, maupun kendaraan. Nikmat-nikmat yang ditampakan untuk diri sendiri diperbolehkan asalkan tidak sombong dan berlebihan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (menampakannya).” (QS. Ad-Dhuha: 11)
2) Pelit Kepada Orang Lain
Sebagian dari kita mungkin tidak asing dengan sifat pelit ini. Pada dasarnya semua sifat pelit adalah tercela dan sangat tidak di sukai oleh Allah SWT. Salah satu pelit yang paling parah terhadap orang lain adalah tidak menjalankan kewajiban harta, yaitu zakat dan nafkah. Sehingga, orang-orang yang pelit dan tidak menunaikan kewajiban hartanya dan Allah SWT memberikan ancaman dengan siksaan-Nya:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُون
“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak (harta) dan tidak menginfakkannya (mengeluarkan zakatnya) di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih. (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya malaikat berkata) kepada mereka, ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.’” (QS. At-Taubah: 34-35)
Selain itu, pelit ilmu kepada orang lain merupakan sifat yang tercela. Karena ilmu adalah anugerah yang Allah SWT berikan kepada setiap hambanya dan harus disampaikan untuk kemashlahatan umat. Sebagaimana dalam riwayat Ibnu Majah,
ما من رجل يحفظ علماً فيكتمُهُ إلا أتى يوم القيامة ملجوما بلجام من نار
“Tidak ada seorang pun yang hafal ilmu lalu ia menyembunyikannya, kecuali ia datang pada hari kiamat dalam keadaan mulutnya ditutup dengan penutup dari api neraka.” (HR. Ibnu Majah)
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ
“Barangsiapa kikir, maka sesungguhnya dia kikir kepada dirinya sendiri.” (QS. Muhammad: 38)
Maksud ayat di atas adalah orang yang pelit sejatinya akan menghalangi pahala bagi dirinya sendiri. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari sifat pelit dan kikir.