Ikhlas itu berat ! – Setiap manusia tidak pernah luput dari masalah hidup. Allah SWT memberikan ujian kepada setiap hamba-Nya sesuai dengan kemampuan. Dalam menghadapi masalah memang terasa berat, di butuhkan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalaninya.
Namun jika sudah memulai karena Allah SWT, janganlah menyerah karena manusia. Dunia memang tempatnya berlelah-lelahan, karena kita hidup hanya sementara dan kehidupan akhirat kekal di dalamnya.
Jika akhirat menjadi tujuan utamanya, maka Allah SWT akan mengatur dan menyertakan dunia untuk ikut hadir menyertai. Memang masalah itu berat dan akan selalu terasa berat jika niat di awal salah. Maka, perlu meluruskan niat dan terus memperbaharui niat yang lurus.
Niat itu akan menjadi kekuatan yang besar dalam menjalani hidup sebagai seorang hamba. Niat yang ikhlas menuntun manusia pada jalan kebaikan dan terdapat ganjaran pahalanya. Sehingga dengan hati yang ikhlas, masalah hidup akan terasa ringan, yang sulit menjadi mudah, yang jauh menjadi dekat, dan yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika sudah Allah SWT kehendaki.
Sebagaimana dalam hadis disampaikan,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وإنما لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنكحها فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya. Dan sesungguhnya sesesorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (dinilai) karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena harta dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika segala aktivitas dan ibadah yang kita lakukan di niatkan untuk tujuan akhirat serta meraih ridha Allah SWT, maka sudah tidak penting lagi penilaian dari manusia. Semestinya juga kita tidak goyah dengan ujian masalah yang datang, karena Allah SWT selalu punya rencana yang indah untu kita.
Kita hanya perlu menjadi seorang hamba yang taat dengan senantiasa memohon pertolongan untuk tetap di jalan-Nya, terus berprasangka baik terhadap takdir-Nya, terus berikhtiar dan bertawakal kepada Allah SWT. Selain itu juga, melaksanakan perintah-Nya dengan bersungguh-sungguh dan istiqomah dalam menjalaninya. Jangan sampai karena penilaian manusia, kita berhenti berdakwah, minim dalam beribadah, dan berhenti istiqomah dalam hal kebaikan dan beribadah. Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah memberikan nasihat,
تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالْعَمَلُ لِأَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ
“Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya’ dan beramal karena manusia termasuk syirik.” (Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 23: 174)
Semoga Allah SWT tetap menjaga hidayah dan keistiqomahan kita dalam menjalani hidup, serta mengaruniakan keberkahan dan keikhlasan dalam setiap amal yang kita perbuat. Aamiin…