Hikmah ramadhan dalam memperbaiki akhlak – Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam suatu riwayat;
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik (sempurna) akhlaknya.“ (HR. Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284.)
Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa akhlak merupakan bagian dari seorang mukmin. Oleh karenanya, seorang mukmin harus terus memperbaiki akhlak yang baik, meningkatkan ibadahnya serta memiliki iman yang kuat supaya sempurna.
Jika ilmu dan imannya bertambah namun akhlaknya tidaktidak bertambah baik, mungkin ada yang salah ketika belajar agama dan mengamalkannya.
Bulan Ramadhan adalah sebuah momentum yang spesial untuk meningkatkan amal ibadah. Selain itu juga, pada bulan ramadhan sebagai ajang perbaikan akhlak agar semakin baik dan sempurna. Lantas apa saja akhlak yang diperbaiki selama bulan Ramadhan? Berikut rincian dan penjelasannya.
1. Akhlak pertama yang diperbaiki adalah sabar
Ibadah yang wajib dikerjakan bai seorang mukmin saat bulan ramadhan adalah menjalankan puasa. Puasa mendidik kita tentang kesabaran. Baik sabar dalam menahan hawa nafsu, sabar untuk makan dan minum, serta sabar dalam menjalankan ketaatan (sholat tarawih, sholat lima waktu, puasa, zakat, itikaf, dan amal sholeh lainnya) kepada Allah ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Akhlak kedua yang diperbaiki adalah kejujuran
Pada bulan ramadhan, seorang mukmin dilatih kejujurannya saat berpuasa. Kejujuran di sini mencakup jujur dalam perilaku maupun perkataan. Sebagaimana halnya puasa, yang mengetahui dirinya melaksanakan ibadah puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri dan Allah Ta’ala. Sedangkan jujur dalam lisan mencakup meninggalkan perkataan dusta, jorok, sia-sia, gibah (menggunjing), fitnah, adu domba, dan semisalnya.
3. Akhlak ketiga adalah sifat kedermawanannya
Sifat dermawan adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin sebagaimana akhlak yang dimiliki Rasulullah dan sahabatnya. Dermawan disini seperti sifat memberi dan menerima segala ketetapan-Nya. Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengatakan ;
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)
Ada beberapa faedah singkat dari hadis di atas. Pertama, ada hubungan antara membaca Al-Qur’an dengan akhlak seseorang. Semakin sering dan baik seseorang membaca Al-Qur’an, maka seharusnya perilakunya juga semakin baik dan lebih dermawan terhadap sesama. Kedua, kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diibaratkan bak angin yang bertiup kencang. Tatkala angin bertiup kencang, maka ia akan cepat dan mengenai segala arah (luas). Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Ramadan sangat ringan, cepat, banyak, dan luas cakupannya dalam memberi, tanpa banyak berpikir.
4. Akhlak keempat adalah sifat kedisiplinannya
Terakhir akhlak yang diperbaiki saat bulan ramadhan adalah sifat kedisiplinan. Pada bulan ini, kita dilatih untuk disiplin menjalankan syariat agama. Sebagaimana dalam menjalankan ibadah puasa ada batas waktu untuk sahur, imsak, dan berbuka.
Sedangkan malamnya diri kita di latih untuk disiplin dalam menjalankan ibadah tarawih, tadarus, dan iktikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Selain itu, diri kita di didik untuk bisa mengelola emosi saat berpuasa, dengan menjaga diri dari kemaksiatan baik lisan dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa dan mengurangi pahala puasa yang dilakukan.
Semua akhlak yang dilatih saat bulan Ramadan di atas tujuan puncaknya adalah agar menjadikan seorang mukmin menjadi hamba yang bertakwa. Dan inilah akhlak yang tertinggi, yaitu akhlak kepada Allah Ta’ala. Hal ini selaras dengan firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah; 183)