Dia yang terbaik tidak dari jalur pacaran – Sadar atau tidak, seringkali dalam memilih pasangan hidup kita dipengaruhi oleh standar media sosial yang berubah-ubah Berubah yang condongnya tidak baik, ternyata harus seperti ini harus seperti itu. Padahal kunci dari ikhtiar jodoh letaknya pada diri yang melibatkan Allah.
Sama seperti jatuh cinta, entah masih dalam proses pencarian atau sudah menemukan tentunya hal ini didasari oleh standar yang kita inginkan. Namun pastikan dia yang kamu inginkan adalah dia yang tau bagaimana menjemput kamu. Ingat cinta yang baik adalah cinta yang mengarahkan pada kebaikan bukan malah sebaliknya. Yang mengarahkan pada ibadah bukan maksiat dan yang mengarahkan pada kedewasaan yang bertumbuh bukan bergantung sampai menghambat.
Pertanyaannya apakah benar yang dia yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita? jawabannya tidak ada. Karena tidak ada yang terbaik di dunia ini selain Allah aza wazala. Itu kenapa ketika kita memilih pasangan hidup pilihlah dia yang mau sama-sama dekat dengan Allah, karena itu tanda salah satu pilihan yang terbaik versi Allah bukan versi kita!
Sekufu, setara, sefrekuensi dari banyaknya standar yang mungkin sudah ditemukan yang paling penting adalah bagaimana caranya cinta itu diselesaikan. Pastikan cara yang membuat standar itu lengkap pastikan tidak menukarkan standar diri dengan standar agama. Standar diri bahwa pasangan baik bukan dicari, tapi dibentuk dari diri sendiri. Standar agama bahwa cinta sebenarnya bukan cinta yang belum ada janji sah, tapi dibentuk setelah halal.
Dari banyaknya standar jatuh cinta, dia yang baik tidak ditemukan dari ajakan pergi berduaan. Tidak ditemukan dari komunikasi tanpa kepentingan sampai topik pembicaraan yang berlebihan. Tidak juga ditemukan dari relationship toxic sampai menghambat diri. Melainkan dia baik laki-laki maupun perempuan yang tahu bagaimana menempatkan fitrahnya, kewajibannya, maupun marwahnya.
Karena laki-laki yang faham fitrah dan kewajibannya; dia tahu bagaimana menjaga perempuan tersebut sebelum halal dan paham ada batasan dalam komunikasi. Dia tahu bahwa letak janji seorang laki-laki hanya pada akad pernikahan bukan bicara yang asal keluar tanpa ada keyakinan dan persiapan diri. Dia juga tahu bahwa fitrah seorang laki-laki adalah sebagai qowwam yang berarti pemimpin dan yang namanya pemimpin berarti dia paham atas dirinya sendiri dan paham bagaimana mengayomi pasangannya kelak dengan baik.
Sama juga dengan seorang perempuan, dia tahu tempat dan marwahnya. Dia yang punya prinsip bahwa pernikahan adalah menyempurnakan ibadah maka menjemputnya pun harus dengan cara yang suci tanpa maksiat. Dia yang tidak mudah percaya dengan janji seorang laki-laki tanpa ada kejelasan di meja akad. Dia yang tidak mudah bergantung, tapi juga berdaya sendiri dan tahu kedudukannya kelak sebagai seorang istri yang melayani suaminya dengan baik.
Memang benar bahwa cari yang setara, sekufu, dan sefrekuensi tapi bukan berarti caranya terserah justru letak baiknya di ukur dari bagaimana mereka menyelesaikannya dengan kedewasaan yang tentunya melibatkan Allah. Tapi setuju tidak? standar diciptakan bukan dari trend saja tapi setelah kita memahami apa yang kita butuhkan, dipunya, dan ingin terus upgrade diri.
Juga pada standar agama bahwa pacaran bukan jalan keluar jatuh cinta tapi pernikahan sebagai perjalanan terakhir dan pertama. Terakhir karena dia satu-satunya pencarian, pertama karena setelahnya sama-sama ibadah dan belajar bersama. Dari banyaknya standar yang mungkin kita temukan dalam proses mencari atau pada akhir menemukan, semoga dia yang paham agama tanpa jalur pacaran atau dekat tanpa tujuan itu; menjadi standar paling penting dalam ikhtiar jodoh.
Jadi pasangan ya, dia yang kamu perjuangkan dan kamu tunggu adalah dia yang mau sama-sama mencari ridho. Allah Semoga artikel ini bermanfaat.