Ya allah, kenapa selalu saya yang diuji – Setiap manusia tidak luput dari namanya ujian hidup. Ada orang yang diuji kehidupannya dengan kebaikan dan ada juga yang diuji dengan keburukan. Karena pada hakikatnya dunia adalah tempat ujian bagi setiap manusia dan hanya orang-orang yang bertaqwa yang bisa melewatinya. Ketika dihadapkan dengan ujian berat, maka pertanyaan ini muncul “ya allah, kenapa selalu saya yang diuji?”. Lalu mulai membanding-bandingkan hidup dengan orang lain yang padahal bisa jadi orang tersebut sudah melalui fase kemudahan dalam hidupnya setelah diuji.
Dari sinilah penting untuk mulai memahami hakikat atau makna ujian dalam hidup, karena tidak semua ujian merupakan keburukan. Hakikat berasal dari kata “haqiqoh” yaitu kebenaran yang mutlak sedangkan ujian berasal dari kata “ibtila” yaitu cobaan. Menurut para ulama ujian manusia di artikan sebagai berikut :
1) Ujian adalah cara Allah ta’ala menilai ketulusan hambanya
Allah ta’ala tidak serta merta memberikan ujian kepada hambanya tanpa sebab dan akibatnya. Sebagaimana dalam QS.Al-Ankabut ayat 1-3 yang artinya :
Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
Dari ayat ini, dapat diambil kesimpulan bahwa ujian pasti akan datang kepada setiap hamba-Nya. Karena Allah ta’ala menguji untuk menilai ketulusan hambanya dalam beribadah. Apakah ibadah yang dilakukan hanya untuk Allah ta’ala semata atau karena hajat kepada manusia yang belum tersampaikan. Karena semua amal yang kita lakukan tergantung pada niatnya.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebetulnya tidak masalah hijrah karena manusia jika dampaknya semakin mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. Namun hal tersebut tidak akan bertahan lama, seandainya jika hajat kita belum juga terkabulkan apakah masih tetap istiqomah ibadah atau malah sebaliknya. Inilah pentingnya meluruskan niat, supaya bisa menjadi daya tahan kita dalam menghadapi ujian dengan menjaga Allah ta’ala dalam hidup kita.
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj:11)
2) Ujian adalah cara Allah ta’ala menyiapkan kita untuk kemenangan
Satu hal yang harus kita ingat adalah tidak semua ujian sifatnya keburukan. Kalaupun ujian itu bukan kebaikan bagi diri kita pasti ia akan membawa kebaikan dalam hidup kita selanjutnya. Ujian juga bukan hukuman bagi orang yang mendekat kepada Allah ta’ala tapi semua itu adalah anugerah bagi mereka. Jaga Allah ta’ala dalam diri kita maka kita akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
Allah ta’ala memberikan ujian kepada hambanya untuk mempersiapkan dirinya menuju kemenangan serta kemudahan besar dalam hidupnya. Itu sebabnya kita harus tetap berprasangka baik kepada takdir Allah ta’ala, hal ini juga dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an berikut :
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah :5-6)
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu). dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”(QS. Ad.Duha: 6-8)
3) Ujian adalah menggugurkan dosa dan mengangkat derajat
Kebaikan lainnya dari sebuah ujian hidup adalah bisa menggugurkan dosa dan mengangkan derajat hambanya. Bahkan kehidupan para nabi dan sahabtnya juga mengalami ujian hidup seperti kehilangan harta, jiwa, keluarganya bahkan raganya untuk membela islam. Begitu besarnya pahala ujian ketika kita mampu melewatinya, maka jangan mudah berputus asa sesungguhnya Allah ta’ala Maha Mengetahui.
Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” (HR Ahmad)
Referensi : Kajian Ustadz Hannan Attaki-“Ya allah, why allways me?”, Novotel-19 Mei 2024