Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran – Mudik atau dikenal dengan istilah pulang kampung sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Indonesia ketika menjalang hari Raya Idul Fitri. Tujuan mudik adalah tidak lain untuk bertemu dan berkumpul bersama orang tua dan sanak saudara tercinta di kampung halaman.
Mudik menjelang hari raya ini menjadi momen untuk melepas kerinduan, merayakan hari kemenangan, dan saling memaafkan satu sama lain. Tradisi mudik lebaran identik dengan jalanan yang macet akibat meningkatnya jumlah kendaraan yang keluar-masuk menuju kota-kota di berbagai daerah. Namun hal ini tidak menurunkan semangat bagi sebagain besar masyarakat Indonesia untuk mudik lebaran demi bertemu keluarga tercinta. Supaya perjalanan mudik aman dan nyaman, ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran antara lain :
1) Persiapkan persyaratan administrasi selama perjalanan mudik lebaran
Hal pertama yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah mempersiapkan persyaratan administrasi perjalanan. Sebagai warga negara indonesia yang baik hendaknya tetap membawa kartu tanda pengenal, STNK, SIM jika membawa kendaraan dan kartu pengenal lainnya.
Karena pemudik yang bepergian antarkota wajib mematuhi sejumlah aturan perjalanan yang berlaku. Karenanya sebelum berangkat mudik lebaran perlu mengetahui aturan dari pemerintah supaya bisa mempersiapkan diri dan keluarga dengan baik. Dengan begitu, perjalanan mudik lebaran bisa lebih lancar, nyaman, dan aman.
2) Mempersiapkan kondisi fisik saat mudik lebaran
Hal kedua yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah mempersiapkan kondisi fisik saat mudik lebaran. Mudik lebaran saat berpuasa memang membutuhkan stamina yang fit saat bepergian supaya selamat sampai tujuan.
Karenanya untuk menjaga kondisi badan tetap fit perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi saat sahur dan mencukupi air minum dengan baik. Jika diperlukan, kamu juga bisa melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu sebelum mudik lebaran agar lebih siap untuk melakukan perjalanan yang panjang.
3) Membaca doa sebelum keluar rumah
Hal ketiga yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah dengan membaca doa sebelum keluar rumah atau ketika berangkat mudik. Tujuannya adalah meminta perlindungan kepada Allah ta’ala dan keberkahan selama dalam perjalanan mudik lebaran.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa: bismillaahi tawakkaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illaa billah (dengan menyebut nama Allah, yang tidak ada daya tidak ada kekuatan kecuali atas izin Allah), maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu akan diberi petunjuk, kamu akan dicukupi kebutuhannya, dan kamu akan dilindungi’. Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, ’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi (oleh Allah)’” (HR. Abu Daud no. 5095, At Tirmidzi no. 3426; dishahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
4) Berpamitan dengan keluarga dirumah dan tetangga
Hal keempat yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah berpamitan dengan keluarga dirumah dan tetangga terdekat sebelum berangkat mudik. Supaya aman dan nyaman ketika bepergian saat mudik lebaran dengan menitipkan rumah kepada kerabat terdekat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
5) Membaca doa naik kendaraan
Hal kelima yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah membaca doa naik kendaraan. Sebagai manusia kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi maka hendaknya tetap memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dimanapun dan kapanpun. Ketika naik kendaraan apapun, dianjurkan membaca doa:
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ . وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
“Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami”.
Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat berikut:
وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ . لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ . وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
“Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasang dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (QS. Zukhruf: 12-14).
6) Tidak meninggalkan shalat wajib, dianjurkan untuk mengqasar
Hal keenam yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah tidak meninggalkan shalat wajib namun dianjurkan untuk mengqasar shalat. Shalat adalah tiang agama islam dan yang meninggalkannya akan berdosa terutama shalat wajib. Islam adalah agama yang memudahkan setiap muslim untuk beribadah pada waktu safar. Adapun mengqasar (meringkas) salat ketika safar, itu lebih dianjurkan.
Sebagaimana Ibnu Umar radhiallahu’anhu mengatakan:
صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ لَا يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى رَكْعَتَيْنِ ، وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَذَلِكَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
“Aku biasa menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan beliau tidak pernah menambah salat lebih dari dua rakaat dalam safar. Demikian juga Abu Bakar, Umar dan Utsman, radhiallahu’anhum.” (HR. Bukhari no. 1102, Muslim no. 689)
Maka mengqasar salat ketika safar hukumnya sunah muakkadah (sangat ditekankan). Namun jika menyempurnakan rakaat, salatnya tetap sah. Seorang musafir jika salat menjadi makmum dari imam yang berstatus mukim, maka musafir tersebut tidak boleh mengqasar.
Mengqasar salat adalah mengerjakan salat Zuhur atau salat Asar atau salat Isya hanya dua rakaat saja. Adapun salat Magrib dan salat Subuh tidak bisa diqasar.
7) Jika memungkinkan shalat boleh dijamak namun lebih utama dikerjakan pada waktunya
Hal ketujuh yang perlu diperhatikan ketika mudik lebaran adalah dengan menjamak shalat namun lebih utama dikerjakan pada waktunya. Boleh menjamak (menggabungkan) salat ketika safar atau saat mudik lebaran.
Shalat Zuhur dijamak dengan Ashar, Magrib dengan Isya. Salat Subuh dikerjakan pada waktunya dan tidak dijamak dengan salat sebelumnya atau sesudahnya. Menjamak salat dengan salat sebelumnya dinamakan jamak takdim. Misalnya yang dilakukan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada hari Arafah ketika haji Wada, beliau menggabungkan salat Ashar dengan Zuhur.
Menjamak salat dengan salat sesudahnya dinamakan jamak takhir. Misalnya yang dilakukan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di Muzdalifah pada malam hari, beliau menggabungkan salat Magrib dan Isya. Menjamak salat dibolehkan secara umum ketika ada masyaqqah (kesulitan). Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu beliau mengatakan:
جمع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بين الظهرِ والعصرِ ، والمغربِ والعشاءِ بالمدينةِ من غيرِ خوفٍ ولا مطرٍ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak salat Zuhur dan salat Asar, dan menjamak salat Magrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan” (HR. Muslim no. 705).