irmawati.id

Hakikat Kisah Cinta Layla dan Majnun

Hakikat kisah cinta Layla dan Majnun – Kisah cinta ini di tulis oleh seorang sastrawan asal Persia, Azerbaijan yang bernama Nizami Ganjavi. Kisah cinta Layla dan Majnun ini masyhur di tanah Arab namun ada beberapa yang kontroversial, bahwa ada yang menganggap cerita ini nyata atau hanya rekaan.

 

Cerita ini berawal dari seorang pemuda yang bernama Qais yang jatuh cinta kepada Layla. Dalam riwayat, Qais di kenal sebagai seorang pemuda yang tampan, pintar, dan terpandang di sukunya, sedangkan Layla bernama asli Ibnu ‘Aamir yang begitu cantik berasal dari suku sebelah. Di kisahkan, mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama ketika Qais melihat paras cantik Layla yang rupawan.

Seketika itu, Qais kehilangan kesadaran karena tumbuh benih-benih cinta yang tak ia sangka. Begitu pun Layla yang terpikat kepada Qais untuk pertama kalinya. Dua orang anak muda itu sama-sama jatuh cinta. Bahkan keduanya digambarkan sedang “Mabuk” (Cinta).

Perpisahan Layla dan Majnun

Seiring berjalannya waktu, ayah Layla tidak merestui hubungan asmara mereka berdua. Qais pun ditinggal pergi Layla karena ayah Layla tidak merestuinya. Layla kemudian dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang saudagar kaya yang berasal dari suku Thaqif di kota Ta’if. Mendengar berita tentang pernikahan Layla, Qais pun patah harapan dan pergi meninggalkan rumahnya untuk menuju hutan belantara. Oleh karena perbuatannya itu, Qais disebut oleh masyarakat setempat sebagai Majnun alias gila.

Majnun kerap kali bersenda gurau dan selalu mengingat Layla dalam syairnya yang indah. Begitu cintanya Majnun kepada Layla ia melupakan dunia dan sekitarnya sehingga ia seperti orang yang tidak terawat. Begitu pun Layla yang selalu mengingat Majnun karena rasa cintanya yang besar.

…….., “Wahai Laila, Cinta telah membuatku lemah tak berdaya // Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki apa-apa //

Mereka mengatakan aku telah tersesat // Wahai, mana mungkin cinta menyesatkan // Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan // Diterpa panas mentari siang //

Bagiku cinta adalah keindahan // yang membuat mata tak bisa terpejam // Pemuda mana yang bisa selamat dari api cinta? //”

Hingga Layla dinikahkan oleh seorang saudagar kaya yang bernama Ibn Salam, ia pun masih menyimpan perasaan cintanya kepada Majnun. Layla masih mengharapkan Majnun hadir di sisinya dan bisa menikah dengan Majnun, meski kenyataan berkata lain.

Setelah hidup bersama suaminya yang tinggal di Arab utara, Ibn Salam pun dikabarkan meninggal di waktu musim panas. Laila pun terisak tangis tersedu-sedu, bukan karena menangisi kepergian Ibn Salam, akan tetapi ia menangis kerinduan akan bertemu Majnun yang sangat di cintainya.

Kerinduan Layla dan Majnun hingga ajal menjemput

Tak lama kemudian ketika Layla kembali ke rumah ayahnya, Ia dikabarkan jatuh sakit yang parah. Layla kemudian meninggal dalam keadaan menanggung kerinduan kepada Majnun.

Kematian Layla tersebar ke seluruh penjuru negeri, dan sampai pula kepada Majnun. Ia pun bergegas mendatangi makam Layla dengan keadaan bersedih. Begitu besar kerinduan Majnun untuk bisa sampai di makam Layla, ia pun tidak memikirkan kesehatan tubuhnya. Hingga Majnun sampai harus menyeret tubuhnya yang lemas untuk sampai ke makam Layla. Tak berapa lama setelah kematian Layla, Majnun pun meninggal dunia. Majnun dimakamkan di dekat Layla, sebagai tanda cinta yang tak terpisahkan meskipun tragis.

Hikmah kisah cinta Layla dan Majnun

Dari kisah cinta Layla dan Majnun ini, dapat kita petik hikmahnya dengan baik. Bahwa kita tidak pernah tahu dengan siapa kita bertemu dan berjodoh. Allah SWT adalah pemilik takdir di seluruh alam semesta ini. Kita seorang hamba hanya bisa menjalankan segala ketetapan-Nya. Apapun yang sudah Allah SWT tetapkan adalah yang terbaik bagi hidup kita sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui.

Dari kisah cinta Layla dan Majnun juga, mengajarkan kita untuk tidak berharap lebih kepada manusia. Karena Allah SWT Maha penentu takdir, boleh jadi apa yang tidak kamu sukai ada kebaikan di dalamnya begitupun sebaliknya.

Cinta dalam doa adalah cara terbaik untuk menjaga hati kita hanya kepada-Nya. Jika kamu pernah bertemu dengan seseorang yang di kagumi, mintalah kebaikan hanya kepada Allah SWT, mintalah dia untuk menjadi takdirmu, jika memang dia baik menurut Allah SWT. Namun jika dia tidak berjodoh denganmu maka mintalah kepada Allah SWT untuk diberikan hati yang ikhlas dan ridho untuk menerima segala ketetapannya dan mintalah ganti yang terbaik menurut-Nya. Sungguh “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku”. Dan semua yang ada di langit dan bumi akan kembali kepada-Nya.

Jika cinta bisa diperjuangkan, maka perjuangkan cintamu dengan cara yang halal dan jemputlah dengan cara yang Allah SWT ridhoi. Mintalah kesabaran, kemampuan, serta kelapangan untuk bertemu dengan jodoh pilihan-Nya di waktu yang tepat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Semangat para pejuang halal …..

 

Exit mobile version