Apa yang Baik Dilakukan Saat Menyendiri?

Apa yang baik dilakukan saat menyendiri?Setiap orang pernah mengalami masalah besar dalam hidupnya. Ketika masalah tersebut datang, seringkali kita membutuhkan waktu menyendiri untuk bisa berdamai dengan keadaan. Sebenarnya menyendiri adalah bagian dari sunah Nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari Nabi terbiasa melakukan tahannuts dan menyendiri selama sekian hari. Nabi bisa menyendiri sampai 10 hari, bahkan melakukannya sampai jangka waktu sebulan.

Lantas apa tujuannya dari menyendiri?

Pakar Tafsir Alquran Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, kegiatan menyendiri Nabi dilukiskan oleh Aisyah sebagai ilaihil-khalaa-u hubbiba yakni Allah SWT menjadikannya sebagai kegiatan kesukaan beliau. Kegiatan menyendiri atau menjauh dari hiruk pikuk keramaian dunia biasa juga dilakukan oleh Al-Hunafa pada masa Jahiliyah.

Bahkan diriwayatkan kakek Nabi, Abdul Muthalib, pun pernah melakukannya. Adapun Nabi menyendiri untuk tujuan tahannuts atau tahannuf yaitu melakukan kegiatan yang mengantar kepada al-hanafiyah (memasuki jalan lurus). Adapun hal yang baik dilakukan saat menyendiri adalah dengan menikmati berduaan dengan Allah SWT, sebagaimana Nabi yang melakukan tahannuts dalam kesendiriannya.

Tahannuts yang dilakukan oleh Nabi SAW sebelum datangnya wahyu kepada beliau boleh jadi merupakan tata cara yang sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim AS. Menyendiri di sini bisa dalam bentuk renungan, tafakkur, zikir, dan mensyukuri serta mengagungkan Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Ada dua cara yang bisa dilakukan saat menyendiri dan merasakan nikmatnya berduaan dengan Allah SWT yaitu:

1) Dengan beritikaf di Masjid atau bisa melakukan Qiyamul Lail di rumah

Yuk, Pahami Tuntunan Ibadah I'tikaf di Masjid pada Bulan Ramadan - Batu Network

I’tikaf adalah cara yang baik di lakukan untuk berduaan dengan Allah SWT. Kegiatan I’tikaf ini dilakukan dengan berdzikir kepada Allah SWT dan memohon ampunan serta rahmat-Nya. Jadi, I’tikaf ini tidak hanya sekadar berdiam diri saja, tetapi juga sambil melafalkan lantunan dzikir atau asmaul husna.

Ibnu Hisyam menyampaikan Nabi ber-tahannuts selama sebulan setiap tahun. Dia berkata: “Beliau memberi makan siapa di antara orang-orang miskin yang mendatangi beliau. Dan apabila Rasulullah telah menyelesaikan keberadaan beliau di sana, selama sebulan itu (ber-tahannuts), yang pertama beliau lakukan adalah datang ke Ka’bah sebelum kembali ke rumah beliau untuk berthawaf sebanyak tujuh keliling. Atau sebanyak apa yang dikehandaki Allah SWT.”

Selain melakukan I’tikaf di masjid, menikmati berduaan dengan Allah SWT juga bisa dilakukan dengan  menjalankan ibadah Qiyamul Lail di rumah. Hal tersebut dapat menenangkan hati yang gundah sekaligus dapat membangkitkan semangat kembali, ketika khusyu dalam renungan ibadah dan dzikir kepada-Nya pada waktu tersebut.

2) Dengan bertafakur di alam

Tafakkur, Amalan Hati Seorang Muslim

Tafakur adalah salah satu bentuk dari beribadah kepada Allah SWT. Bertafakur adalah merenungkan dan mengingat akan kebesaran Allah SWT melalui segala ciptaan-Nya yang ada di langit dan bumi. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang menyendiri di dalam Gua Hira untuk menikmati berduaan dengan Allah SWT. Di tempat inilah pertama kali Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Gua Hira sendiri berada sejauh dua farsakh sebelah utara Makkah.

Selama sebulan setiap tahun, lebih tepatnya pada bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW selalu pergi ke Gua Hira untuk berdiam diri. Di Gua Hira beliau lebih banyak merenung dan beribadah kepada Allah SWT, Beliau menikmati berduaan dengan Allah SWT karena jauh dari hiruk pikuk kehidupan dunia.

Selama beberapa hari di Gua Hira yang ada di bukit Jabal Nur,Nabi Muhammad SAW beberapa kali pulang dan pergi dari rumah ke Gua. Beliau pergi dengan bekal yang sedikit jika bekal yang dibawanya habis, maka beliau pulang dan kembali lagi ke gua untuk berkhalwat dengan Allah SWT.

Sunggu Maha Besar Allah SWT atas kuasanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an Surah As-Syura ayat 52 :

Artinya: “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran itu cahaya yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. 

 

Kajian Ustadz Hanan Attaki, 09 Maret 2023- Novotel Tangerang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *